Jumat 13 Jan 2017 18:27 WIB

Jamuan Makan Siang, Cara Jokowi Perbaiki Komunikasi dengan Umat

Rep: Hasanul Rizqa/ Red: Indira Rezkisari
Presiden Joko Widodo (kiri) menjamu makan siang Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (13/1).
Foto: Antara/Puspa Perwitasari
Presiden Joko Widodo (kiri) menjamu makan siang Ketua PP Muhammadiyah Haedar Nashir (kanan) di Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (13/1).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Dalam pekan ini, Presiden Joko Widodo (Jokowi) telah mengadakan jamuan makan siang dengan pimpinan dua organisasi kemasyarakatan (ormas) Islam. Menurut pengamat politik LIPI, Siti Zuhro, upaya dari kepala negara ini memiliki makna perbaikan komunikasi.

Seperti diketahui, menjelang tutup tahun 2016 muncul dinamika politik yang berkaitan dengan simbol-simbol Islam. Sebagai contoh, fenomena Aksi Damai Bela Islam yang sampai diadakan tiga kali dengan jumlah peserta jutaan orang.

Siti menjelaskan, penyelesaian kasus Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) merupakan tuntutan arus besar umat Islam Indonesia hingga kini. Karena itu, untuk menjaga stabilitas negara, Presiden dinilai merasa perlu meningkatkan komunikasi dengan ormas-ormas mainstream.

“Bisa jadi Jokowi ingin tetap menjaga pola komunikasi yang baik dengan pimpinan-pimpinan ormas Islam. Apalagi, masalah penistaan agama (kasus Ahok) juga belum selesai. Massa Islam yang sangat besar, yang menuntut tuntasnya penyelesaian hukum terhadap penista agama, membuat Jokowi berhitung secara seksama dan tetap mendekati kedua ormas ini,” papar Siti Zuhro dalam pesan singkatnya, Jumat (13/1).

Diketahui, pada Rabu (11/1) lalu, Presiden mengundang Ketua Umum PB Nahdlatul Ulama KH Said Aqil Siradj untuk jamuan makan siang di Istana Merdeka, Jakarta. Sementara, pada hari ini (13/1), Jokowi melakukan hal serupa terhadap Ketua Umum PP Muhammadiyah Dr Haedar Nashir.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement