REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bidang jasa perdagangan menjadi potensi utama masyarakat di Desa Luwoo, Kecamatan Talaga Jaya, Kabupaten Gorontalo, Sulawesi Tengah. Terbukti, ada sekitar 63 kios kecil yang dijalankan oleh masyarakat setempat.
Namun, potensi itu justru menjadi tidak optimal karena biaya transportasi untuk membeli barang ke pusat kota menjadi beban tersendiri. 20 di antaranya harus jatuh bangun.
"Setidaknya dalam seminggu mereka harus mengeluarkan Rp 150 ribu untuk tiga kali perjalanan. Sehingga dalam satu bulan mereka keluarkan Rp 600 ribu. Itulah yang membuat kios-kios kecil tersebut jatuh bangun," ujar Kepala Desa Luwoo, Junus Hako, saat ditemui di Desa Luwoo, Kabupaten Gorontalo, seperti dilansir laman Kemendesa, Kamis (12/01).
Tidak hanya biaya transportasi, terkadang mereka juga terbebani harga barang yang fluktuatif di pasaran. Kondisi itulah yang kemudian menginspirasi masyarakat Desa Luwoo mendirikan Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Tummulo yang telah disepakati melalui musyawarah desa.
BUMDes Tummulo yang juga berarti berkembang bersama ini bergerak di bidang jasa perdagangan grosir. Berbagai kebutuhan pokok dijual disini. Sejak operasionalnya pada pertengahan tahun lalu, BUMDes ini telah meraup keuntungan sekitar Rp 32 juta. Rata-rata setiap bulan mereka meraih lebih dari Rp 5 juta.
Rencananya, BUMDes ini akan dikembangkan dengan membuka jasa laundry dan usaha bank sampah. Sekitar 20 pemuda desa setempat dari kalangan ekonomi rendah juga akan diberdayakan untuk menjadi pekerja di BUMDes.