REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Puluhan mahasiswa di DIY yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Pembebasan melakukan aksi damai di depan pintu masuk Gedung DPRD DIY, Kamis (12/1). Mahasiswa yang kebanyakan mengenakan baju hitam-hitam membawa spanduk dan poster yang bertuliskan antara lain: “Kado Pahit awal 2017: Harga Bahan Minyak (BBM), Tarif Dasar Listrikm Pajak dan Sembako Naik, bukti rezim Jokowi-JK- Pengkhianat,” “Terapkan Syariah, Tegakkan Khilafah”, “Sembako Meroket, Rakyat Melarat”.
Koordinator Lapangan Aksi, Muhammad Azis mengatakan, yang menjadi dasar dilakukan aksi damai tersebut terkait dengan berbagai kebijakan di awal tahun 2017. Kebijakan tersebut dinilai semakin meliberalisasi negara secara habis-habisan.
"Kenaikan BBM itu efek dari pelemparan harga minyak ke pasar. Sehingga wajar harga minyak naik,’’ katanya pada wartawan, di sela-sela aksi.
Di samping itu, kata Azis, tarif dasar listrik juga merupakan kebijakan sangat liberal karena mencabut subsidi yang merupakan hak rakyat. "Akibatnya kontrakan bakal naik, dan hal ini tentu saja akan memberatkan para mahasiswa di Yogyakarta yang kebanyakan mengontrak," katanya. Kenaikan tarif pengurusan STNK/BPKB bagi kendaraan bermotor yang meningkat hingga tiga kali lipat juga hanya untuk menutupi hutang negara dan APBN.
Kehancuran ekonomi hari ini, Azis menambahkan, disebabkan oleh liberalisasi di segala sektor ekonomi. Kemudian kapitalisme semakin menggerogoti negeri, dan politik demokrasi yang semakin membebaskan pendapat wakil rakyat terhadap asing dan aseng.