Senin 09 Jan 2017 18:05 WIB

Tak Semua yang Nongkrong adalah Berandalan Bermotor

Aksi tolak geng motor (ilustrasi)
Foto: Antara
Aksi tolak geng motor (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Tak semua pengguna motor yang menongkrong di sejumlah titik di Kota Tasikmalaya, Jawa Barat, adalah berandalan bermotor. Hal itu disampaikan Andris Khasmaulanda selaku Koordinator Komunitas Motor Honda Tasikmalaya (Khotak).

Andris menyampaikan itu dalam keterangan tertulis yang disampaikan kepada republika.co.id untuk menanggapi berita sebelumnya di laman ini yang berjudul 'Tasikmalaya Darurat Berandalan Bermotor'. "Perlu dijelaskan bahwa mayoritas yang nongkrong di jalan adalah club motor dan komunitas motor," ujar dia.

Andris beserta komunitasnya kerap menongkrong di sekitar Alun-Alun Kota Tasikmalaya sekitar pukul 20.00-23.00 WIB. Menurutnya, Alun-Alun merupakan milik bersama warga kota, tidak hanya milik segelintir orang. Ia dan teman-temannya memilih Alun-Alun karena alasan murah dan strategis. "Kami butuh tempat untuk sharing informasi, terutama masalah hobi," kata dia.

Bersama komunitasnya, Andris sering menongkrong di Alun-Alun terutama pada Rabu Malam dan Sabtu malam sekitar pukul 20.00 - 23.00 WIB. Ia mengakui bahwa Alun-Alun adalah milik bersama dan di sana diakui pula ada sebagian berandalan bermotor yang berkumpul. "Namun perlu ditegaskan itu hanya sebagian kecil dari yang menongkrong di Alun-Alun," ucap dia menegaskan.

Sesuai aturan dari Kapolres, Andris mengatakan, komunitas yang dipimpinnya akan membubarkan diri setelah pukul 23.00 WIB demi menjaga kondisi yang kondusif. Mereka bisa memilih tempat lain yang lebih aman untuk berkumpul. Lantaran, kalau berkumpul di atas pukul 23.00 WIB maka mereka tidak bertanggung jawab terhadap keamanan.

Bahkan, ujar Andris, sesudah pukul 23.00 WIB atau sesudah pukul 01.00 WIB, ada yang masih berkumpul di Alun-Alun. "Yang demikian kami tidak keberatan disebut berandalan bermotor. Mereka tidak memakai helm, bahkan SIM pun kelihatannya tidak punya," kata dia.

Andris juga menjelaskan beberapa istilah dalam dunia motor. Ia menyebutkan club adalah suatu perkumpulan atau organisasi suatu kendaraan baik itu sepeda motor ataupun mobil yang hanya terdiri dari satu varian atau satu jenis motor. Contohnya HMPC (Honda Mega Pro Club), sebagai pengguna sepeda motor Honda Mega Pro.

Organisasi club itu biasanya memiliki AD/ART yang harus dilaksanakan dan dipatuhi oleh tiap-tiap anggotanya. Selain itu, ujar Andris, biasanya juga terdapat susunan kepengurusan suatu club.

Kemudian ada istilah komunitas atau community. Komunitas adalah kumpulan orang yang memiliki hobi yang sama. Namun perbedaannya di sini adalah jika club motor hanya satu jenis motor, sedangkan untuk komunitas memiliki varian motor dari berbagai jenis merek.

Salah satu contohnya adalah Komunitas Motor Box. Karena dalam komunitas tersebut terdiri dari semua jenis motor namun memiliki hobi yang sama yaitu menggunakan box. Menurut Andris, komunitas seperti ini juga memiliki AD/ART yang harus dipatuhi oleh anggotanya.

Independen merupakan kumpulan para pecinta motor yang berdiri sendiri dan tidak ada kepengurusan pusat. Maksudnya independen itu adalah berdiri sendiri di sebuah wilayah tanpa ada naungan atau aturan yang mengikat. Berbeda dengan club motor, yang memiliki naungan dan aturan yang hampir sama dalam satu wadah club.

Adapula istilah singgle fighter. Yakni, seorang biker yang tidak mengikuti komunitas, club ataupun independen. Dari namanya pun juga sudah jelas, single artinya sendiri tapi bukan berarti jomblo. Biasanya single fighter lebih senang sendiri dikarenakan tidak mau terikat dengan aturan dari club ataupun komunitas. Namun single fighter yang baik adalah yang menjunjung tinggi keselamatan berkendara dan aturan lalu lintas.

Adapun geng motor adalah kumpulan orang yang suka naik motor tapi tidak menaati peraturan lalu lintas. Biasanya mereka ini bersikap anarkistis ketika di jalan. Yang paling parah adalah lebih senang mencari keributan dengan sesama biker dan juga masyarakat. Bahkan biasanya mereka lebih suka memalak dan melakukan tindakan pidana.

Dengan penjelasan tersebut, Andris tidak ingin pengendara motor yang nongkrong disamakan dengan geng motor atau berandalan bermotor. Ia yang mengkoordinasikan mayoritas club motor Honda di Tasikmalaya juga memiliki AD/ART.

Bahkan syarat bergabung bagi biker yang ingin bergabung club motor harus memiliki SIM dan STNK motor. "Dan bila ada seseorang yang melanggar atau bertindak tidak sesuai dengan aturan, tidak segan kami mengeluarkan dia sebagai anggota club motor," kata dia.

Kendati demikian, Andris mengatakan, persoalan berandalan bermotor bukan hanya tanggung jawab polisi atau dinas pendidikan. Melainkan tugas bersama masyarakat. Sebaiknya, orang tua tidak mengizinkan anaknya yang belum memiliki SIM untuk mengendarai sepeda motor. "Serta tugas kami sebagai club motor untuk menyosialisasi safety riding dan ber-amar ma'ruf nahi mungkar," kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement