Selasa 03 Jan 2017 18:24 WIB

Siswa Madrasah Bersihkan Puluhan Rumah Ibadah di Yogyakarta

Rep: Yulianingsih/ Red: Fernan Rahadi
Rumah ibadah (Ilustrasi)
Rumah ibadah (Ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Sedikitnya 93 rumah ibadah di Kota Yogyakarta dibersihkan secara serentak oleh ribuan siswa dan guru madrasah di Yogyakarta, Selasa (3/1). Rumah ibadah ini terdiri atas 92 masjid dan satu Vihara. Sebanyak 2.016 pelajar madrasah, guru, pegawai hingga para tokoh lintas agama di Kota Yogyakarta terlibat dalam pembersihan rumah ibadah ini.

Kepala Kantor Kementrian Agama (Kemenag) Kota Yogyakarta Sigit Warsita mengatakan kegiatan bersih-bersih rumah ibadah baru pertama kalinya dilakukan tapi sudah mendapat sambutan yang baik dari pelajar maupun para tokoh masyarakat. "Ini dilakukan dalam memeriahkan Hari Amal Bakti Kemenag tahun 2017. Bisa jadi akan dijadikan agenda rutin tahunan,” katanya.

Tahun ini kata dia, kegiatan bersih-bersih rumah ibadah ini baru difokuskan pada masjid dan vihara karena keterbatasan jumlah tenaga. Tapi, ke depan dengan melibatkan lebih banyak sekolah, jumlah rumah ibadah juga akan ditambah. Untuk kegiatan pembersihan sendiri, dilakukan dengan cara menyapu dan mengepel lantai serta membersihakn dinding.

"Dengan kegiatan ini kita juga gaungkan aksi toleransi antar umat beragama," katanya.

Sementara itu salah seorang pengurus Yayasan Bakti Manggala Dharma yang menaungi Vihara Budha Praba, Suryopurnomo menyambut baik kegiatan yang dimotori Kemenag Kota Yogyakarta tersebut. Menurut dia, kerja bakti lintas iman tersebut sangat positif dan perlu dilanjutkan. Tidak hanya di rumah ibadah, tapi juga bisa kerja bakti bersama memebrsihkan area publik. “Karena sebagai manusia, berbeda itu wajar tapi tetap harus bersatu,” ujarnya.

Romo Jyoti, sapaanya, menambahkan di Vihara Budha Praba atau Klenteng Gondomanan tersebut, sudah sejak lama mempraktekan kerukunan beragama. Menurut dia, di satu lokasi tersebut terdapat dua agama, yaitu Buddha dan Konghucu serta aliran Taoisme, yang berasal dari Cina. Meski terdapat tiga agama dan aliran kepercaaan yang beribadah di sana, tidak pernah terjadi perselisihan.

 “Kalau yang Buddha beribadah di sebelah utara ini, yang Konghucu dan aliran Taoisme di Klenteng, tidak ada masalah,” ujarnya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement