Senin 02 Jan 2017 17:37 WIB

Kemenkes Pastikan Belum Ada Penularan Flu Burung pada WNI

Rep: Dian Erika N/ Red: Nur Aini
Ilustrasi flu burung.
Foto: Republika/Mardiah
Ilustrasi flu burung.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular  Langsung Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit, Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Wiendra Waworuntu, mengatakan belum ada kasus penularan virus flu burung H7N9 pada manusia di Indonesia. Infeksi virus H7N9 pada manusia dapat menyebabkan kesakitan dan kematian.

Menurut Wiendra, hingga 30 Desember 2016, WHO mencatat 809 kasus penularan virus H7N9 pada manusia. Sebagian besar kasus menunjukkan riwayat kontak antara manusia dengan unggas yang terinfeksi atau lingkungan yang telah terkontaminasi virus itu.

"Meski ditemukan beberapa klaster kecil, berdasarkan bukti epidemiologi dan virologi menunjukkan bahwa sampai sekarang virus ini belum mempunyai kemampuan bertransmisi efektif antarmanusia," ujar Wiendra dalam keterangan tertulisnya kepada Republika.co.id, Senin (2/2).

Karena itu, risiko persebaran virus H7N9 secara internasional pun masih terbilang rendah. Berdasarkan beberapa laporan, tercatat ada sejumlah kasus infeksi pada individu di luar Cina. "Namun, semua kasus diketahui mendapatkan infeksi di Cina dan tidak ada penyebaran lokal di negara yang bersangkutan," tutur Wiendra.

Dia menjelaskan virus H7N9 adalah kelompok virus influenza yang bersirkulasi di unggas atau burung. Virus influenza ini merupakan salah satu subkelompok virus H7. Meskipun beberapa virus H7 pernah menginfeksi manusia, misalnya H7N2, H7N3 atau H7N7, tetapi virus H7N9 dilaporkan belum pernah menginfeksi manusia. Infeksi H7N9 pertama kali tercatat di Cina pada April 2013.

Menurut Wiendra, hingga kini belum diketahui bagaimana  mekanisme virus H7N9 menginfeksi manusia. Infeksi pada manusia diduga terjadi akibat mutasi virus yang terjadi saat migrasi musim semi unggas air di sekitar Danau Qinghai, Chiba. Sebab, hasil analisis genotipe virus memperlihatkan kemampuan adaptasi pertumbuhan virus pada mamalia.

"Gejala utama tertular virus ini adalah pneumonia berat, yakni demam, batuk, napas pendek. Hingga kini, belum tersedia vaksin dan obat antiviral yang efektif untuk mengatasi infeksi virus H7N9," kata Wiendra.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement