REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Aksi perampokan rumah mewah dapat menimbulkan kerawanan tersendiri di kawasan elit di Jakarta. Pasalnya, aksi perampokan ini terdapat komplotannya, sehingga tak heran peristiwa serupa selalu berulang. Terakhir, aksi perampokan keji terungkap di Jalan Pulomas, Pulogadung, Jakarta Timur, Selasa (27/12) kemarin.
Ketua Presidium Indonesia Police Watch (IPW), Neta S Pane mengatakan, meskipun polisi sudah berkali kali menciduk komplotan tersebut tapi tetap saja mereka berani mengulangi aksinya.
“Uniknya meski pemilik rumah sudah memasang CCTV tapi pelaku tetap saja bisa beraksi dan menghabisi korbannya seperti dalam kasus Pulomas. Ini berarti sistem CCTV-nya belum bisa mengantisipasi dan deteksi dini dalam melindungi pemilik rumah sebagai korban,” kata Neta saat dihubungi Republika.co.id, Kamis (29/12).
Neta mengatakan, CCTV yang selama ini dipasang di rumah mewah tersebut hanya berguna bagi polisi setelah para perampok menggasak barang-barang korban atau membunuhnya. Karena itu, menurut Neta, sistem CCTV di kawasan perumahan mewah harus ditata ulang, sehingga benar-benar bisa melindungi pemilik rumah.
“Sehingga antisipasi dini dalam aksi kejahatan di perumahan mewah bisa berjalan efektif,” ujarnya.
Terlepas dari hal itu, IPW memberikan apresiasasi kepada jajaran Polda Metro Jaya yang bisa dengan cepat menciduk para pelaku dan mengungkap komplotan pelaku perampokan sadis itu.
Namun, kata Neta, diharapkan polisi bisa bekerja cepat untuk membongkar kasus ini apakah benar-benar dilakukan komplotan perampokan atau pelaku merupakan komplotan pembunuh bayaran yang mendapat pesanan dari pihak tertentu.
“Mengingat para pelaku cenderung tidak menghabisi harta benda korban tapi cenderung menghabisi nyawa pemilik rumah dan keluarganya dengan cara menyekap mereka di ruangan yang sangat kecil,” jelas dia.