REPUBLIKA.CO.ID, BIMA -- Banjir bandang yang menerjang Kota Bima pada Rabu (21/12) dan Jumat (23/12) membuat seisi kota luluh lantak. Sejauh mata memandang, hanya tumpukan sampah, lumpur, dan barang-barang rumah tangga seperti kasur, kursi, hingga perabotan dapur yang terlihat di tepi jalan-jalan kota ini.
Pantauan Republika, sejak Sabtu (24/12) hingga kini, warga masih sibuk membersihkan rumahnya dari sisa sampah akibat banjir. Warga tak sendirian, sejumlah tim gabungan darurat bencana banjir dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Tagana Kementerian Sosial, TNI, Kepolisian, dan para relawan terus bahu membahu membersihkan sampah di sejumlah titik kota ini.
Kepala BPBD NTB Muhammad Rum menyampaikan, pemerintah telah mengerahkan 70 unit truk untuk mengangkut sampah. "Masih banyak di kampung atau gang yang masih banyak timbunan sampah," katanya, Rabu (28/12).
Secara rinci, pembersihan di terminal bus Kota Bima Sudah sampai 80 persen, empat puskesmas juga serah bersih dari lumpur dan sampah. Sedangkan dua puskesmas masih belum selesai pembersihan. Kemudian, dua rumah sakit di PKU muhammadiyah dan Stikes juga sudah bersih dari sampah dan akan kembali beroperasi untuk menerima pasien.
"Pembersihan sekolah sudah 50 persen. Dijamin 30 Desember 2016, ruang kelas belajar sudah siap digunakan," lanjutnya.
Rum menambahkan, pada Rabu (28/12) hari ini juga akan datang sejumlah bantuan yakni 5 ribu paket kebersihan seperti ember, pel tangkai, karbol, dan deterjen, 2 ribu sekop, 5 ribu karung plastik untuk sampah lumpur, 300 sarung tangan, 200 buah kereta dorong (arco), 20 ribu masker, 1.500 dus mi instan, 1.500 dus kemasan gelas air mineral, 300 pasang sepatu, dan 1 paket obat-obatan .
Selain itu, ada penambahan 3 titik dapur umum di Tanjung, Stkip, dan Penaraga sehingga jumlah dapur umum menjadi 17 titik, dengan kemampuan pasok 21.700 nasi bungkus per hari.