Senin 26 Dec 2016 20:32 WIB

Pergerakan Tanah Ancam Rusak Puluhan Rumah

Rep: Eko Widiyatno/ Red: Fernan Rahadi
Pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Kabupaten Kuningan (ilustrasi).
Foto: bpbd.kuningankab.go.id
Pergerakan tanah yang mengakibatkan longsor di Kabupaten Kuningan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANYUMAS -- Hujan deras telah menyebebabkan sejumlah rumah di Dusun Cilaku Desa Karangendep Kecamatan Patikraja Kabupaten Banyumas, mengalami kerusakan. "Pergerakan tanahnya tidak berlangsung sekaligus, tapi perlahan-lahan, dan sampai sekarang sudah tiga rumah yang mengalami kerusakan," ujar Ketua Tim Reaksi Cepat BPBD Banyumas, Kusworo, Ahad (25/12).

Dia menyebutkan, pergerakan tanah di dusun tersebut dilaporkan berlangsung sejak Kamis (22/12) saat hujan deras mengguyur sebagian besar wilayah Banyumas. Namun saat itu, pergerakan tanah tidak terlalu dirasakan masyarakat.

Baru pada keesekan harinya, adanya pergerakan tanah makin terlihat dan pada Ahad (25/12), sudah ada tiga rumah yang bangunan tembok dan lantai rumahnya mengalami keretakan cukup lebar. Antara lain rumah Suparno (51) yang dihuni tiga jiwa, Siam (27) yang dihuni empat jiwa dan Tarni (43) yang dihuni tiga jiwa.

"Rumah Suparno yang terbuat dari bangunan tembok permanen mengalami keretakan di bagian lantai dan dinding hingga 10 sentimeter. Sedangkan bangunan lain yang lantainya belum disemen tanahnya juga terlihat retak lebar dan terancam merobohkan rumah," tuturnya.

Komandan Taruna Siaga Bencana (Tagana) Banyumas, Adi Chandra menyatakan, untuk menghindari kejadian yang tidak diinginkan, maka terhadap rumah-rumah yang kondisinya mengkhawatirkan diputuskan untuk direlokasi ke tempat yang aman. "Kami dari Tagana, Pramuka Peduli Kwarcab Banyumas dan warga, bergotong royong merelokasi tiga rumah ke lokasi aman Ahad (25/12)," katanya.

Namun dia menyebutkan, selain tiga rumah yang terdampak bencana tanah bergerak tersebut, sebenarnya masih ada 37 rumah lain yang dikhawatirkan bisa terdampak pergerakan tanah tersebut. "Seluruh rumah tersebut berada di zona yang mengalami retakan, sehingga bila retakan terus terjadi maka rumah-rumah tersebut pasti terkena dampaknya," katanya.

Untuk itu, Adi menyatakan, rumah-rumah tersebut sebaiknya direlokasi ke tempat yang aman. "Bila dibiarkan warga menempati rumah tersebut, resikonya sangat tinggi," katanya.

Dari pentauan di lokasi, saat ini sudah ada beberapa retakan terlihat di dusun tersebut. Retakan terpanjang mencapai panjang 500 meter, dengan lebar  10-30 sentimeter. Sedangkan luas areal yang terdampak retakan mencapai lahan seluas 5 hektare.

Beberapa warga yang rumahnya terancam terdampak bencana tersebut juga mengaku khawatir terhadap kondisi tanah di lingkungan kediaman mereka. Solihun (48), salah seorang warga mengaku khawatir retakan tersebut makin lebar dan menghancurkan rumah-rumah mereka. "Kami berharap pemerintah bisa merelokasi kami ke tempat yang aman," katanya.

Hingga saat ini, kebanyakan warga yang rumahnya terancam bencana, masih tinggal di rumah masing-masing. "Kami belum bisa pindah ke lokasi yang aman, karena belum ada tempat untuk pindah," jelasnya.

Namun bila terjadi hujan deras, mereka khawatir pergerakan tanah akan berlangsung lebih cepat dan mengancam keluarga mereka. "Sudah tiga hari ini hujan tidak turun. Tapi kalau hujan deras turun lagi, lebih baik kami tinggal di luar rumah karena pergerakan tanah bisa berlangsung tiba-tiba," katanya.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement