REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ulin Yusron melayangkan hak jawab atas berita Republika Online (ROL) yang mengutip cuitan dia di sosial media, Twitter, Ahad, 30 Oktober 2016. Dalam pemberitaan itu, Ulin menyatakan keberatan karena berita berjudul “Pendukung Ahok: Kelakuan AHY Mengikuti Jejak Jokowi” dinilainya tidak akurat dan merugikan dia.
Republika Online tidak pernah melakukan verifikasi, konfirmasi atau wawancara kepada saya sebagai narasumber utama yang ditulis. Berita ditulis begitu saja seakan sebuah fakta kebenaran. Padahal yang terjadi cuitan "Kelakuan AHY mengikuti jejak Jokowi. Anak jatuh tak jauh dari Ayahnya J, melalui akun Twitter @ulinyusron bukanlah sebuah kesalahan penyebutan, atau typo tapi memang disengaja sebagai sebuah sarkas dan sindirian pada keluarga SBY.
Berita Republika Online dibuat untuk melayani dan menyenangkan kelompok yang anti-Ahok. Terbukti Republika Online mengambil tanggapan netizen atas cuitan tersebut termasuk mengambil diksi “mabok”, “dodol”, “bid**”, “honor bakal dipotong” adalah bentuk penistaan nara sumber. Berita Republika Online tersebut dibuat dengan itikad buruk dengan niat secara sengaja dan semata-mata supaya menimbulkan kerugian saya sebagai nara sumber.
Republika Online tidak menguji informasi (tidak melakukan check and recheck tentang kebenaran informasi), tidak berimbang dalam arti memberikan ruang atau waktu pemberitaan kepada saya secara proporsional, opini dibangun sedemikian rupa untuk menghakimi dan menjadi pembenaran pendapat pribadi wartawan (penulis berita), tidak ada azas praduga tak bersalah sebab berita dibuat semata-mata untuk menghakimi saya.
Republika Online telah melanggar etika: fitnah (membuat berita untuk tuduhan tanpa dasar yang dilakukan secara sengaja dengan niat buruk.), sadis (berita dibuat secara kejam dan tidak mengenal belas kasihan dengan mengambil kutipan kotor tidak senonoh dan merendahkan harga diri saya), cabul (dengan mengutip cuitan netizen “malunya di bid**” (bid** adalah kata lain untuk skrotum).
Republika Online menulis berita dengan penuh prasangka (telah membuat penghakiman bahwa cuitanku salah dan layak di-bully, padahal belum mengetahui secara jelas duduk persoalannya). Diskriminasi (memberikan pembedaan perlakuan kepada saya sebagai narasumber yang tak pernah diwawancarai).
Atas pemberitaan yang ngawur tersebut Republika Online telah diputuskan oleh Dewan Pers pada 19 Desember 2016 telah melakukan pelanggaran Kode Etik Jurnalistik, Pasal 3 yang berbunyi: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Sesuai putusan Dewan Pers, Republika harus memuat hak jawab ini dan dimuat di Republika Online.
Salam,
Ulin Yusron
Hak jawab ini disampaikan Ulin Yusron sebagai penyelesaian sengketa pers antara Republika.co.id dengan Ulin Yusron yang tertuang dalam Risalah Penyelesaian yang dimediasi Dewan Pers pada Senin, 19 Desember 2016 di Kantor Dewan Pers.
Dalam penyelesaian sengketa ini, Republika.co.id dinilai berita yang diturunkan berjudul “Pendukung Ahok: Kelakuan AHY Mengikuti Jejak Jokowi” melanggar , Pasal 3 yang berbunyi: Wartawan Indonesia selalu menguji informasi, memberitakan secara berimbang, tidak mencampurkan fakta dan opini yang menghakimi, serta menerapkan asas praduga tak bersalah.
Sementara Republika.co.id memiliki penjelasan menyangkut berita tersebut. Pada 30 Oktober 2016, Republika.co.id menurunkan berita yang berjudul Pendukung ‘Ahok: Kelakuan AHY Mengikuti Jejak Jokowi’.
Dalam berita ini penulis memuat tentang adanya fenomena di media sosial Twitter yang lagi ramai membahas twit @ulinyusron yang berbunyi: Kelakuan AHY mengikuti jejak Jokowi. Anak jatuh tak jauh dari Ayahnya (emoticon tertawa)
Tak ada niat jahat dalam pemberitaan itu, karena penulisan berita itu memang sebatas ingin mengabarkan ke pembaca bahwa ada fenomena twit @ulinyusron yang mendapat respon ramai dari netizen. Tidak ada justifikasi di dalam berita tersebut bahwa @ulinyuron melakukan penghinaan ataupun @ulinyusron menyerang AHY.
Dalam berita itu penulis hanya memaparkan tentang apa yang dituliskan @ulinyusron dan tanggapan dari sejumlah netizen, yang menganggap @ulinyusron salah menyebut AHY anak SBY bukan Jokowi.
Sekali pun kemudian @uliyusron dalam twit berikutnya menjawab Kukuh S Wibowo@kukuhsw menjelaskan bahwa dia sengaja menulis bahwa AHY anak Jokowi: Sengaja Cak, untuk sarkastis. Makanya pakai emoticon ketawan. Mungkin ada yang kurang gembira hidupnya jadi gagal paham (emoticon ketawa).
Sekalipun kemudian sejumlah netizen meragukan pernyataan @ulinyusron. Akun Johan @johansyahuntung menulis @ulinyusron @kukuhsw dr lubuk hati yg paling dalam sih NGELES... hahahahha. Akun lain @sinaustudy menulis mirip pelatih tetangga kalo kalah ato salah seribu alasan ya pak @saididu.
Jika Republika.co.id memiliki niat jahat terhadap @ulinyusron maka bisa saja Republika.co.id melakukan running berita. Republika.co.id bisa saja meminta tanggapan ke pihak AHY atau pihak-pihak lain, untuk melakukan pembentukan opini bahwa @ulinyusron sudah melakukan penghinaan ataupun menyerang AHY bahkan keluarga SBY.
Republika.co.id tidak melakukan itu, karena memang tidak punya itikad jahat terhadap @ulinyusron. Tapi sebatas mengabarkan adanya peristiwa yang lagi ramai di lini masa.
Setelah berita ini kami turunkan, kami tidak menerima komplain sama sekali dari pihak @ulinyusron. Tidak ada telepon atau surat yang menyebutkan keberatan dengan berita yang kami turunkan.
Jadi kami tidak tahu kalau @ulinyusron keberatan dengan berita yang kami turunkan. Padahal jika pihak @ulinyusron keberatan dengan pemberitaan ini, kami dengan senang hati akan menurunkan hak jawab yang diberikan @ulinyusron.
Kami baru tahu ada komplain dari @ulinyusron setelah ada surat panggilan dari Dewan Pers. Kami menerima surat panggilan dari Dewan Pers untuk menyelesaikan sengketa pers tertanggal 1 Desember 2016.
Mantan ketua Dewan Pers, Bapak Bagir Manan pernah menyampaikan bahwa media sosial merupakan gejala dunia yang perkembangannya sangat cepat dan tidak dapat dihindari pengaruhnya pada dunia jurnalistik. Menurut Bagir Manan tidak apa-apa mengambil berita yang bersumber dari media sosial. Bagirmanan mensyaratkan verifikasi bahwa akun media sosial tersebut harus benar-benar akun resmi narasumber.
Akun @ulinyusron sejauh ini memang tidak terverifikasi secara resmi dari pihak Twitter (dengan tanda cek list biru). Namun secara umum publik mengetahui kalau @ulinyusron adalah twitter yang akun yang dimiliki Ulin Yusron.
Ketika Ulin Yusron membuat pernyataan di dalam akun miliknya, semestinya pernyataan itu ‘sudah menjadi milik publik’ dan konsumsi publik. Bahkan dalam sejumlah kasus pemilik akun harus berani mempertanggungjawabkan pernyataannya.