Kamis 22 Dec 2016 06:34 WIB

Penelitian Sebut Wisata Seks Anak Semakin Meningkat

Rep: Umi Nur Fadhilah/ Red: Andi Nur Aminah
Kekerasan seksual terhadap anak (ilustrasi)
Foto: Republika/Mardiah
Kekerasan seksual terhadap anak (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- ECPAT Indonesia bersama Universitas Binus Research Center Culture and Tourism menyelenggarakan seminar bertajuk #iamaresponsibletraveler. Seminar tersebut membahas tentang situasi Eksploitasi Seksual Komersial Anak (ESKA) di destinasi tujuan wisata.

Deputi Eksekutif Direktur Pengembangan Jaringan ECPAT International, Thomas Muller menjelaskan, seminar ini merupakan hasil penelitian Global Study ECPAT International selama dua tahun. "Dari hasil studi ini didapatkan, trend eksploitasi seksual komersial anak secara global semakin meningkat seiring semakin mudahnya akses kunjungan wisata di setiap negara," kata dia dalam keterangan tertulis yang diterima Republika.co.id, Rabu (21/12).

Muller menuturkan, penelitian dilakukan di 15 negara dari sembilan wilayah regional dengan melibatkan 42 lembar jawab dari tim ahli, sembilan kali konsultasi dengan stakeholder terkait dan 10 kali konsultasi dengan kelompok orang muda. Muller menyebut, selama ini teknologi mempermudah pelaku kejahatan mengakses eksploitasi seksual komersial anak.

Sementara itu, Kordinator Nasional ECPAT Indonesia, Ahmad Sofian menyatakan, situasi EKSA tidak pernah berhenti, bahkan cenderung meningkat permintaannya. Ia menyebut, gencarnya upaya penanganan pariwisata seks anak di kawasan Asia, mengubah tujuan wisata seks anak di negara-negara Asia. Bahkan, pelaku kejahatan seks anak menjadikan Indonesia sebagai destinasi ke tiga terbesar di Asia sebagai tempat tujuan wisata seks anak.

"Hal ini dipicu lemahnya penanganan situasi ESKA ini serta rendahnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat Indonesia tentang situasi ini," ujar Sofian.

Berdasarkan hasil studi ECPAT Indonesia bersama ECPAT International, terdapat lima daerah pariwisata Indonesia dengan kasus ESKA terbesar, yakni, Bali, Lombok, Batam, Jakarta dan Yogyakarta. Sehingga, Sofian menuturkan, butuh upaya dan peran dari seluruh sektor, khusunya dunia pariwisata, untuk menanggulangi situasi ini.

"Dalam dunia bisnis juga dikenal prinsip dunia bisnis dalam perlindungan anak, sudah semestinya pengusaha wisata dan travel menerapkan bisnis yang ramah bagi anak," jelasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement