Selasa 20 Dec 2016 17:25 WIB

Jangan Jadikan UN Motivasi Belajar Siswa

Rep: Halimatus Sa'diyah/ Red: Winda Destiana Putri
Ujian Nasional
Ujian Nasional

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar pendidikan dari Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jejen Musfah, tak sepakat dengan anggapan yang mengatakan 'jika Ujian Nasional (UN) dihapus, siswa akan malas belajar.' Menurutnya, siswa malas belajar disebabkan oleh sistem pembelajaran yang tidak mendorong mereka untuk mencintai sekolah dan pelajaran.

"Kalau masalahnya mendongkrak motivasi belajar, kuncinya ada di guru," kata Jejen, saat dihubungi Republika, Selasa (20/10). Lebih lanjut, dia menjelaskan, guru idealnya harus bisa menginspirasi dan memotivasi murid-muridnya. Sayangnya, kondisi ideal tersebut sulit terwujud karena masih banyak guru di Indonesia yang kualitasnya rendah.

Terlepas dari masih rendahnya kualitas banyak guru di Tanah Air, Jejen berpendapat tidak ada yang salah dengan Ujian Nasional. Yang salah adalah jika sekolah, guru atau siswa menggunakan cara-cara tidak jujur demi kelulusan ujian. Karenanya, ia tak setuju jika UN dijadikan syarat kelulusan karena dapat memicu terjadinya praktek-praktek kecurangan.

Jejen menjelaskan, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan pernah membuat kebijakan bahwa kelulusan siswa ditentukan oleh hasil Ujian Nasional dengan porsi 40 persen dan Ujian Sekolah dengan porsi 60 persen. Meski bobot Ujian Sekolah lebih besar, nyatanya masih ditemukan praktek tidak jujur. Ada indikasi sejumlah guru mengkatrol nilai Ujian Sekolah siswa demi menolong hasil Ujian Nasional. "Karena itu sebaiknya UN tidak diberikan porsi dalam penentu kelulusan," kata Tim Ahli PGRI tersebut.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement