Senin 19 Dec 2016 17:52 WIB

Mahyudin Minta Pemerintah Serius Tangan Cabai Berbakteri asal Cina

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Teguh Firmansyah
Pemusnahan bibit dan tanaman cabai ilegal yang mengandung bakteri, Instalasi Karantina Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, Kamis (8/12).
Foto: Republika/Crystal Liestia Purnama
Pemusnahan bibit dan tanaman cabai ilegal yang mengandung bakteri, Instalasi Karantina Balai Besar Karantina Pertanian Soekarno-Hatta, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR Mahyudin meminta pemerintah serius menangani beredarnya bibit cabai berbakteri dari Cina. Bakteri yang merupakan media pembawa organisme pengganggu tumbuhan karantina (OPTK) itu berasal dari benih cabai ilegal.

Bakteri tersebut merupakan OPTK A1 Golongan 1 (belum ada di Indonesia) dan tidak dapat diberikan perlakuan apapun selain eradikasi/ pemusnahan.

''Pemerintah harus memperketat pengawasan bibit yang masuk ke Indonesia, tujuan kita swasembada pangan, tapi kalau bakteri dan virus yang masuk kita malah celaka,'' kata Mahyudin, di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Senin (19/12).

Ia menambahkan, saat ini ada juga bibit padi yang di impor oleh kementerian pertanian yang mengandung bakteri. Bila informasi itu benar, maka pemerintah harus serius menangani bibit bakteri ini.

Mahyudin mengimbau agar jangan main-main dengan bakteri yang bisa merusak tanaman padi nasional. Sebab, Indonesia bisa terancam gagal panen secara nasional dan mengancam kesediaan pangan.

"Jadi pemerintah harus serius menangani ini. Jangan main-main, kalau ini benar adanya ini sangat bahaya sekali untuk pangan nasional,'' ujar dia.

Sebelumnya, Badan Karantina Pertanian memusnahkan tanaman cabai yang merupakan OPTK. Bakteri tersebut merupakan OPTK A1 Golongan 1 (belum ada di Indonesia) dan tidak dapat diberikan perlakuan apapun selain eradikasi/ pemusnahan.

Bakteri ini juga bisa menyerang dan menular pada tanaman-tanaman lain yang ada di Indonesia, di antaranya bawang dan kentang.

Baca juga,  Warga Cina Tanam Benih Cabai Mengandung Bakteri Berbahaya di Bogor.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement