REPUBLIKA.CO.ID, DENPASAR -- Bank Indonesia (BI) berperan serta mengantisipasi inflasi. Salah satu caranya membantu peningkatan produktivitas komoditas penyumbang inflasi utama, yaitu beras. Kantor Perwakilan BI Bali sejak beberapa tahun terakhir mengembangkan pertanian organik berbasis MA-11 bersama petani binaan di berbagai wilayah di Bali.
"Kebutuhan MA-11 kian meningkat sehingga kami mendirikan Laboratorium Mini MA-11 di Kabupaten Gianyar," kata Kepala Kantor Perwalikan BI (KPwBI) Bali, Causa Iman Karana, Jumat (16/12).
Penggunaan pupuk organik MA-11 di Bali menunjukkan bukti berupa peningkatan hasil panen padi dari 5,5 menjadi 10,5 ton per hektare (ha). Kondisi ini terjadi hampir di seluruh klaster petani binaan KPwBI Bali. Hasil panen bawang merah Kelompok Tani Sari Pertiwi di Bangli setelah menggunakan pupuk organik ini juga meningkat 135 persen, dari 9,5 menjadi 22,4 ton per ha. Kebutuhan akan MA-11, kata Iman kian bertambah sehingga diperlukan suatu unit produksi MA-11 di wilayah Bali dengan pengawasan mutu dari pihak penemu atau pemegang lisensinya.
Pemilihan Gianyar berdasarkan pertimbangan besarnya komitmen pemerintah daerag dalam penggunaan MA-11. Banyak demplot dan klaster padi juga bawang merah di sekitar Subak Pulagan, Getas, dan Kembengan yang menuai keberhasilan panen.
Pemerintah Kabupaten Gianyar memberi dukungan berupa penyediaan lokasi, yaitu di Badan Penyuluhan Pertanian (BPP) Tampaksiring. KpwBI Bali memberi bantuan berupa sarana dan prasarana tempat, pelatihan dari penemu MA-11, yaitu Nugroho Widiasmadi. "Unit produksi laboratorium mini MA-11 ini mempunyai prinsip sosial, bukan semata-mata bisnis yang dijalankan oleh petani dari kelompok binaan KPwBI Bali," kata Iman.
Laboratorium Mini MA-11 didukung delapan orang pengelola yang sudah dikukuhkan Dinas Pertanian Kabupaten Gianyar. Mereka adalah penggerak kelompok binaan KPwBI Bali yang berasal dari Gianyar, Bangli, Karangasem, Tabanan, dan Jembrana.
Proses produksi MA-11 di luar lokasi aslinya, yaitu Laboratorium Anugrah Bangsa (ANSA) telah mendapatkan ijin dari penemu. Penemu akan mengontrol berkala setiap 100 liter produksi F2 MA-11 agar kualitas tertap terjaga, terjamin, dan aman peredarannya di masyarakat.