REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dalam buku berjudul 'Merubah Indonesia', Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menggambarkan bagaimana ia pernah debat dengan seorang teman lulusan AS. Debat itu menyangkut perbandingan antara NKRI dan Amerika Serikat.
Ahok menegaskan, jika dibandingkan dengan NKRI, AS tidak ada apa-apanya. Buktinya, NKRI sudah mampu melaksanakan pemilihan presiden dan kepala daerah secara langsung sebelum merayakan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan yang ke-60.
Di satu bagian perdebatan, teman Ahok itu lantas menanyakan, mengapa hasil pilpres dan pilkada yang ada tidak sanggup meningkatkan taraf hidup rakyat banyak dan malahan jumlah orang miskin terus bertambah? Bukankan rakyat telah diberikan hak memilih pemimpin yang terbaik? Dan bukankah NKRI memiliki banyak sumber daya manusia yang berpendidikan dan bertaqwa kepada Tuhan yang Maha esa?
Seharusnya demokrasi yang berhasil pasti diikuti oleh meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (human development Index). "Saya tidak menjawab secara langsung tetapi mencoba merenungkan kembali perjalanan hidup saya di dunia politik sejak tahun 2003 sampai 2007," ujar Ahok dalam buku itu.
Mulai dari mencalonkan diri sebagai Ketua Dewan Pimpinan Cabang Partai yang baru dibentuk, mengikuti Pemilu 2004 untuk menjadi anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Belitung Timur, menjadi anggota DPRD Tingkat II Kabupaten Belitung Timur, menjadi anggota DPRD Belitung Timur selama 7 tahun, mengikuti Pilkada langsung Bupati Belitung Timur yang pertama, menjadi Bupati Belitung Timur selama 16 bulan (dari Agustus 2005 sampai Desember 2006), mengikuti Pilkada Langsung Gubernur Provinsi Kepulauang Bangka Belitung 22 Februari 2007 hingga menjadi Sekjen Dewan Pimpinan Nasional Partai PIB sejak Juni-September 2007.
Terjangkit Penyakit Pemimpin Yahudi
Dalam merenungkan semua pengalaman tersebut, Ahok kemudian terbayang dalam adegan film the Passion of Christ yang dibuat oleh Mel Gibson. Menurut Ahok, dalam adegan pengadilan Nabi Isa Al Masih (Yesus Kristus dalam pemahamannya) di hadapan Gubernur Pilatus, Pilatus menawarkan kepada rakyat, siapa yang akan dipilih untuk dibebaskan sesuai dengan tradisi Hari Raya Yahudi.