Kamis 15 Dec 2016 11:44 WIB

Pakar Asal Uganda Tertarik Pendidikan Vokasional Ala Purwakarta

Rep: Ita Nina Winarsih/ Red: Irfan Fitrat
Sejumlah pelajar SDN 1 Sukatani, mendampingi orang tuanya yang berprofesi sebagai perajin tape singkong khas Bendul, di Kecamatan Sukatani,  Purwakarta, Selasa (29/11).
Foto: Republika/Ita Nina Winarsih
Sejumlah pelajar SDN 1 Sukatani, mendampingi orang tuanya yang berprofesi sebagai perajin tape singkong khas Bendul, di Kecamatan Sukatani, Purwakarta, Selasa (29/11).

REPUBLIKA.CO.ID, Para siswa sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) di Kabupaten Purwakarta, Jawa Barat, kini tak hanya belajar di lingkungan sekolah. Mereka juga diwajibkan membantu orang tuanya bekerja setiap dua pekan sekali.

Konsep pendidikan vokasional atau keterampilan yang diterapkan di Purwakarta itu menarik perhatian pakar pendidikan dari Republik Uganda, Musa Buyera. Ia mengapresiasi langkah yang diambil Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Purwakarta. Sebab, ia menilai, konsep pendidikan vokasional perlu diterapkan karena lebih mengedepankan unsur praktik ketimbang teori saja. “Ilmu yang diperoleh dalam program vokasional ini tidak ada dalam teori pelajaran di sekolah,” ujar Buyera, yang kini tengah menempuh pendidikan S3 di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), kepada Republika, Rabu (14/12).

Buyera menilai, penerapan pendidikan vokasional tersebut memerlukan dukungan dari seluruh pemangku kepentingan. Sehingga, pelaksanaannya bisa diterapkan secara menyuluruh dan mengakar. Dengan begitu, kata dia, para pelajar bisa sedari dini mendapat pelajaran positif secara langsung dari orang tua. “Pembelajaran vokasional ini sangat penting. Sebab, menciptakan integrasi antara value (nilai) dan produk dari pendidikan itu sendiri,” kata dia. 

Sisi pentingnya peradaban pendidikan tersebut, menurut Buyera, akan menghasilkan hubungan linear antara nilai dan produk. Sebab, sejak kecil anak-anak sudah dibiasakan dengan pekerjaan orang tuanya. Maka, kata dia, ke depan akan tercipta basis industri yang kuat. Di mana masyarakat yang produktif merupakan masyarakat yang beradab. Karenanya, ia menilai, program pendidikan vokasional ini harus terus dikawal sampai sukses. “Kita akan adopsi ini untuk bisa ditularkan di Uganda,” ujar dia. 

Konsep pembelajaran vokasional ini diterapkan di Purwakarta sejak akhir November lalu. Para siswa SD dan SMP diberikan sekali hari libur belajar di sekolah dalam dua pekan. Saat hari libur itu, mereka harus membantu orang tuanya bekerja. Di Sukatani, misalnya, ada siswa yang membantu orang tuanya membuat tapai singkong khas Bendul. Mulai dari mengupas kulit singkong, membersihkan, hingga merebusnya. Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi pun menerapkan konsep pendidikan itu kepada anaknya. “Anak saya yang duduk di kelas satu SMP, saya suruh menjadi ajudan, nyuci mobil, membersihkan sepatu, dan mengatur tamu,” ujar Bupati. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement