REPUBLIKA.CO.ID, PIDIE JAYA -- "Saya ingin segera sekolah dan lanjutkan ujian setelah gempa kemarin," kata Pasya, siswi kelas 4 Madrasah Ibtidaiyah Negeri (MIN) 1 Kecamatan Panteraja, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh.
"Lupa lagi apa saja yang sudah ujian, yang saya ingatnya Matematika dan Bahasa Indonesia," katanya polos saat ditanya Antara di Sigli, Pidie, Senin (12/12).
Musibah gempa tektonik 6,5 Skala Richter (SR) terjadi pada Rabu (7/12) yang artinya para siswa baru melaksanakan hari kedua dari ujian sekolah tersebut. "Sekolah saya tidak rusak, hanya retak-retak, tapi diliburkan oleh para guru," tambahnya.
Ia mencoba mengingat-ngingat pelajaran apa saja yang belum diujikan. "Kalau tidak salah, IPS, IPA, Alquran dan hadis, Bahasa Arab, SKI," katanya.
Saat ditanya siap tidak melanjutkan ujian kembali, ia mengaku sudah siap. "Siap ujian lagi," katanya sambil tersenyum.
Kegiatan pada masa tanggap darurat pascagempa itu sendiri, Pasya bersama rekan-rekannya menghabiskan waktu main di posko pengungsian bersama teman-teman. Masih takut ada gempa lagi, Pasya mengaku, tidur dan main-main bersama teman-teman di pengungsian saja. "Paling mengisi waktu libur, ikut acara mauludan," katanya.
Adiknya Muhammad Ulis, siswa kelas 2 MIN 1 Kecamatan Panteraja juga menyatakan serupa ingin segera sekolah kembali. "Saya ingin segera sekolah lagi supaya bisa belajar," katanya.
Jika dirinya di pos pengungsian lebih banyak mengisi dengan bermain bola bersama teman-temannya. "Saya ingin punya bola, Om," katanya.
Muhammad Ulis sendiri sementara ini tinggal di rumah neneknya di Sigli yang memakan waktu sekitar dua jam dari rumahnya di Meureudu karena di daerah itu tidak terdampak dari gempa bumi.