Senin 12 Dec 2016 17:19 WIB

Enceng Gondok Rawapening Bakal Diolah Jadi Briket

Rep: Bowo Pribadi/ Red: Ani Nursalikah
Buruh terjun selamatkan Rawapening.
Foto: Bowo S Pribadi/Republika
Buruh terjun selamatkan Rawapening.

REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Persoalan populasi enceng gondok yang tak terkendali di permukaan danau Rawapening, Kabupaten Semarang bakal segera tertangani. Saat ini sudah dilakukan penjajakan pemanfaatan gulma air ini untuk bahan bakar industri.

Bupati Semarang, H Mundjirin bahkan mengatakan hal ini bukan lagi wacana. Sudah dilakukan penelitian terhadap tanaman enceng gondok tersebut dan dalam waktu dekat segera dilakukan eksplorasi awal untuk produksi bahan bakar alternatif yang dimaksud.

“Itu Industri jamu dan farmasi PT Sido Muncul sudah siap mengolah enceng gondok jadi briket untuk bahan bakar mesin produksinya,” kata bupati, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Ahad (11/12).   

Karena Rawapening merupakan kewenangan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah dan lokasinya ada di Kabupaten Semarang, dalam waktu dekat akan dilakukan penandatanganan antara Pemprov Jawa Tengah, Pemkab Semarang dan industri yang akan mengelola.

Ia berharap, pemanfaatan enceng gondok untuk bahan bakar alternatif ini akan mampu berkontribusi bagi penanganan gulma air yang kini menutup lebih dari seperempat permukaan danau. Selain mengakibatkan sedimentasi, keberadaan gulma air ini juga mengganggu produktivitas petani dan nelayan di kawasan Rawapening.

“Sehingga fungsi Rawapening bagi kesejahtaraan masyarakat di sekitarnya terus menurun,” katanya.

Terpisah, pihak PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk mengamini perihal pemanfaatan tanaman enceng gondok dari Rawapening untuk bahan bakar alternatif. Direktur PT Industri Jamu dan Farmasi Sido Muncul Tbk, Irwan Hidayat yang dikonfirmasi mengaku siap mengelola sebanyak-banyaknya gulma air dari permukaan danau alam yang membentang di Kecamatan Tuntang, Bawen, Ambarawa dan Kecamatan Banyubiru ini.

“Ide dasarnya hanya air Rawapening perlu diselamatkan karena berbagai persoalan yang ada di danau alam dengan luas sekitar 2.670 hektare ini,” katanya.

Ia juga menjelaskan, pada 1994, kedalaman air danau Rawapening masih berkisar 15 meter. Hari ini, kedalaman Rawapening tinggal sekitar delapan meter akibat tingginya laju sedimentasi akibat populasi enceng gondok.

Yang menjadi persoalan, gulma air ini tidak bisa diselesaikan. Jika tanaman ini diambil dan dimanfaatkan untuk kerajinan, maksimal hanya ratusan kilogram. Padahal sekitar 1.800 hektare permukaan Rawapening sudah tertutup enceng gondok.

Sementara potensi Rawapening tidak kalah bagus dengan Telaga Sarangan (Jawa Timur) atau Waduk Jatiluhur (Jawa Barat). “Inilah yang melatarbelakangi bagaimana Rawapening ini harus diselamatkan,” tambahnya.

Nantiya, ketika ada pihak yang menepikan gulma air ini, akan diambil dan diolah menjadi briket bahan bakar. “Bahkan kalau mau kami siap mengambil dengan kapasitas 300 ton per hari untuk diolah menjadi energi,” tandasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement