Ahad 11 Dec 2016 22:24 WIB

Agus: Pemimpin Jakarta Harus Tumbuhkan Rasa Persaudaraan

Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyapa warga bantaran kali usai menyusuri kali Ciliwung, Bidaracina, Jakarta, Rabu (30/11)
Foto: Republika/Prayogi
Calon Gubernur DKI Jakarta Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menyapa warga bantaran kali usai menyusuri kali Ciliwung, Bidaracina, Jakarta, Rabu (30/11)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon gubernur DKI Agus Harimurti Yudhoyono mengatakan pemimpin Jakarta tidak boleh berjiwa sektarian dan mudah menyebarkan kebencian di masyarakat yang majemuk. "Pemimpin Indonesia, termasuk pemimpin Jakarta, tidak boleh berjiwa sektarian dan partisan, khususnya jika menyangkut keberagaman kita sebagai bangsa," kata dia didampingi Sylvina Murni dalam pidato politik keempat di Jakarta, Ahad (11/12).

Pemimpin, kata dia, harus menyuburkan kasih sayang dan rasa persaudaraan di antara komponen masyarakat yang berbeda identitas. Ia menuturkan kebinekaan bagi warga Jakarta bukanlah sekadar festival. Tetapi kenyataan hidup yang sudah lama berlangsung sejak kota itu berdiri ratusan tahun lalu. Bahkan Agus menyebut kebinekaan adalah DNA ibu kota.

Jika terdapat gejala atau insiden kecil yang bisa mengganggu kerukunan antar komponen yang berbeda identitas, ujar cagub dari poros Cikeas itu, pemimpin harus segera mengambil langkah yang tepat dan bijak agar tidak berkembang ke arah yang lebih buruk atau permasalahannya membesar. "Negara harus hadir dengan cepat, jangan membiarkan, kita anggap biasa, dan kemudian ternyata terlambat, sudah tersakiti, sudah terluka, sudah tergores hati para pemeluk agama di negara kita, dan juga tergesek antara komunitas yang berbeda identitas tersebut," kata Agus.

Selain pemimpin, menurut dia, tokoh masyarakat di Jakarta juga harus bisa menjadi contoh kuatnya rasa kebangsaan dan kebinnekaan. Semua pihak juga diharapkan bertenggang rasa serta mengembangkan sikap saling menghormati dan menghargai karena isu SARA merupakan isu yang sensitif.

"Mari kita cegah tutur kata dan perbuatan yang bisa melukai hati saudara-saudara kita yang berbeda identitas. Apalagi yang berkaitan dengan keyakinan dan ajaran," ujar ayah satu anak itu.

Ia mengatakan Jakarta adalah mini Indonesia, etalase dan jembatan ke dunia internasional. Selain itu juga percontohan dan barometer kehidupan bangsa Indonesia. Untuk itu, tutur Agus, wawasan kebangsaan dan rasa kebinnekaan yang tinggi harus dapat diwujudkan dan dicontohkan di kota megapolitan Jakarta.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement