Ahad 11 Dec 2016 22:01 WIB

PII Bangun Pusat Rehabilitasi Korban Gempa Aceh

Rep: Ahmad Baraas/ Red: Andi Nur Aminah
Presiden Joko Widodo (kiri) memberikan buku kepada anak-anak korban gempa di halaman Masjid Atta Darut, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (9/12).
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Presiden Joko Widodo (kiri) memberikan buku kepada anak-anak korban gempa di halaman Masjid Atta Darut, Pidie Jaya, Aceh, Jumat (9/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guna membantu merehabilitasi dampak psikologis korban gempa Aceh, Pelajar Islam Indonesia (PII), mendirikan playgroup di titik-titik korban gempa. Wakil Sekjen Pengurus Besar (PB) PII, Zikrillah mengatakan pembangunan playgroup  ini dikoordinir oleh PW PII Aceh. "Kami bergabung bersama-sama dengan kelompok masyarakat lainnya untuk melakukan pembinaan," kata Zikrillah.

Dihubungi melalui telepoin genggamnya, Ahad (11/12) petang, Zikrillah mengatakan, playgroup yang didirikan PW PII Aceh, semuanya berlokasi di Kabupaten Pidie. Lima dari 15 playgroup yang akan dibangun PII itu yakni di Kecamatan Ulin, Kecamatan Kecamatan Simpang Tiga Merdu, Kecamatan Panti Raja, Kecamatan Paru dan Merdu.

Menurut Zikrillah, playgroup sebagai pusat rehabilitasi psikologis para korban gempa, lebih ditujukan untuk merehabilitasi rasa trauma anak-anak setempat. Bantuan makanan, kendati masih tetap diperlukan, untuk sementara waktu dianggap sudah cukup.

"Kalau ada yang hendak menyumbang dalam bentuk materi, sebaiknya dalam bentuk material bangunan saja, seperti semen," kata Zikrillah yang juga berasal dari Provinsi Aceh.

Prihal pendirian pusat-pusat rehabilitasi psikologis akibat gempa, Zikrillah mengatakan, bahwa Pemprov Aceh sudah mendirikan posko pendirian lembaga rehabilitasi. Jadi jika ada pihak-pihak yang ingin mendirikan lembaga serupa, agar melapor atau berkoordinasi dengan posko yang ada. "Kalau ada yang melakukan kegiatan rehabilitas tanpa melapor, kegiatannya bisa dibubarkan," kata Zikrillah.

Ada pun tujuan dari dibentuknya posko, dia mengatakan, agar pemberian bantuan pusat-pusat rehabilitasi bisa lebih terarah dan sesuai dengan yang diperlukan oleh warga korban gempa. Dia menyebut yang tahu kondisi dan kebutuhan waga adalah warga atau masyarakat Aceh sendiri.

"Jadi donatur bisa lebih nyaman, tinggal menyesuaikan saja, terhadap apa yang diperlukan warga untuk kegiatan rehabilitasi psikologis itu," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement