Ahad 11 Dec 2016 12:36 WIB

Warga Aceh Masih Trauma Berada di dalam Ruangan

Rep: dian erika nugraheny/ Red: Ani Nursalikah
 Warga korban gempa mengungsi di Masjid At Taqwa, Merdu, Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Warga korban gempa mengungsi di Masjid At Taqwa, Merdu, Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Koordinator Tim Layanan Dukungan Psikososial Kementerian Sosial (Kemensos) Milly Mildawati, mengatakan warga Aceh yang mengungsi akibat gempa pada Rabu (7/12) masih trauma kembali ke rumah.  Masyarakat pun lebih memilih berada di luar ruangan.

"Mereka juga ketakutan berada di dalam ruangan dan lebih memilih berada di luar rumah, beraktivitas dan tidur di tenda-tenda," ujar Milly dalam siaran pers yang diterima Republika.co.id, Ahad (11/12).

Kondisi ini, kata dia, agak berbeda dengan warga yang tinggal di pesisir pantai. Ketakutan warga pesisir pantai dua kali lipat dibandingkan warga biasa.

"Mereka takut berada di dalam ruangan dan takut tsunami karena rumah mereka berada di bibir pantai," ujar Milly.

Selain mengalami ketakutan, hasil tes kaji cepat juga menunjukkan para pengungsi masih sangat berduka karena anggota keluarganya meninggal.

Terkait korban anak-anak, Milly mengungkapkan tim dukungan psikososial mendapati anak-anak juga masih mengalami rasa takut, terlebih saat terjadi gempa susulan. Mereka umumnya menunjukkan reaksi tubuh gemetar hebat, panik, saling berpelukan dan menjerit karena takut.

"Untuk hasil penilaian kepada penyandang disabilitas diketahui jumlahnya lebih sedikit jika dibandingkan kelompok rentan lainnya, akan tetapi mereka tetap kami utamakan. Misalnya ada yang mengalami gangguan berjalan, kami gali kebutuhannya, dan mereka memerlukan alat bantu berjalan (tongkat) atau kursi roda," kata Milly.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement