Jumat 09 Dec 2016 19:59 WIB

'Bukan Formalitas, Demokrasi Indonesia Terus Tumbuh'

Rep: Mutia Ramadhani/ Red: Esthi Maharani
Presiden Joko Widodo bersama mantan Sekjen PBB, Kofi Annan dan Menlu Retno L.P Marsudi berfoto bersama menteri-menteri dan delegasi negara peserta dalam pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, Kamis (8/12).
Foto: Antara/Nyoman Budhiana
Presiden Joko Widodo bersama mantan Sekjen PBB, Kofi Annan dan Menlu Retno L.P Marsudi berfoto bersama menteri-menteri dan delegasi negara peserta dalam pembukaan Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA -- Dunia memandang demokrasi Indonesia sangat menjunjung tinggi nilai persatuan. Mantan Wakil Menteri Luar Negeri, Dino Patti Djalal mengatakan demokrasi di Indonesia menghapus stereotipe yang sebelumnya banyak diragukan negara-negara di dunia.

"Demokrasi di Indonesia memang banyak tantangan dan kekurangan, namun dalam konteks global, demokrasi Indonesia terus bertumbuh, bukan formalitas saja," kata Dino dijumpai usai penutupan Bali Democracy Forum (BDF) IX di Nusa Dua, Jumat (9/12).

Sejumlah negara yang baru menyatakan diri sebagai negara demokrasi, kata Dino langsung pecah, seperti Uni Sovyet. Demokrasi di Timur Tengah bahkan dalam posisi defensif. Hal ini berbeda di Indonesia yang memperlihatkan demokrasi terus meningkat dan menjadikan rakyat semakin bersatu.

"Demokrasi di Indonesia juga sejalan dengan desentralisasi, lebih langgeng dan berkelanjutan," katanya.

Demokrasi Islam di Indonesia juga menjadi aset dunia. Meski demikian, kata Dino dunia Islam saat ini menghadapi tantangan persepsi dunia barat. Umat Islam harus berbenah diri untuk menyelesaikan hal-hal, seperti ketidakadilan, keterbelakangan, dan komunikasi dengan umat nonMuslim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement