Kamis 08 Dec 2016 19:07 WIB

Ini Penyebab Kerusakan Parah Gempa Aceh

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Esthi Maharani
 Bangunan Masjid yang ambruk akibat gempa di Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Bangunan Masjid yang ambruk akibat gempa di Pidie Jaya, NAD, Kamis (8/12).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Informasi Gempa Bumi dan Peringatan Dini Tsunami Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Daryono, mengatakan kondisi tanah lunak di pusat gempa Aceh menjadi salah satu penyebab parahnya kerusakan akibat gempa pada Rabu (7/12) lalu. Kondisi bangunan yang tidak dilengkapi standar keamanan gempa bumi pun ikut memperparah kerusakan material di Kabupaten Pidie Jaya dan Kabupaten Bireuen, Provinsi Aveh.

Daryono menuturkan, zona gempa di Kabupaten Pidie Jaya berada di nkawasan pesisir. Tanah di kawasan itu tersusun dari materi pasir dan aluvium.

"Karakteristik tanah lunak yang tebal semacam itu dapat menimbulkan resonansi gelombang seismik sehingga memicu perluasan guncangan gempa," ujar dia kepada Republika di Jakarta, Kamis (8/12).

Bangunan di atas kawasan Pidie Jaya juga diduga tidak memiliki standar aman terhadap potensi gempa. Karena itu, kerusakan bangunan sangat mungkin terjadi saat ada guncangan gempa yang kuat.

"Dengan begitu, dalam konteks gempa Aceh, parahnya tingkat kerusakan tidak hanya disebabkan oleh kekuatan gempa dan jaraknya dari pusat gempabumi. Kondisi tanah setempat dan kualitas bangunan sangat menentukan tingkat kerusakan," tegas Daryono.

Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), lebih dari 120 bangunan mengalami kerusakan akibat gempa Aceh. Tingkat kerusakan terjadi dalam kadar retak, rusak berat hingga roboh. Ratusan bangunan terdiri dari 105 ruko roboh, 429 unit rumah rusak, 14 masjid rusak berat, enam unit musalla rusak, satu RSUD (RSUD Pidie) rusak berat, satu unit bangunan STAI Al Azziziyah roboh, tiga pesantren roboh, satu pasar unggas rusak berat dan satu pasar ikan rusak berat.

Kepala Pusat Data, Informaasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho, mengatakan kerusakan material paling berat terjadi di Kabupaten Pidie Jaya dan kabupaten Bireuen. Meski demikian, pihaknya belum dapat memastikan berapa persen kerusakan yang diakibatkan oleh gempa.

Pihaknya bersama dengan Lembaga Antariksa dan Penerbangan Nasional (LAPAN) saat ini relah menerjunkan tim kerja cepat untuk memetakan kerusakan akibat gempa Aceh. "Selain mengoperasikan drone, tim juga menggunakan satelit resolusi tinggi. Harapannya kondisi kawasan setelah gempa dan kerusakan dapat segera di[petakan dan dianalisis untuk keperluan penanganan pasca gempa," tutur Sutopo dalam konferensi pers di Gedung BNPB, Kamis siang.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement