REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ekspor komoditi ekonomi kreatif (ekraf) pada 2015 mencapai 19.364,1 juta dolar AS. Angka ini meningkat 6,6 persen dibanding tahun sebelumnnya yang mencapai 18.164,9 juta dolar AS. Fesyen menjadi subsektor utama yang berkontribusi besar dari keseluruhan ekspor komoditi ekraf.
"Ekspor paling tinggi fesyen 56,27 persen, selanjutnya kriya 37,5 persen dan kuliner 6,09 persen," ujar kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto usai launching data statistik ekonomi kreatif 2016 yang terdiri dari data makro ekonomi kreatif, yakni PDB, tenaga kerja, dan ekspor, serta hasil dari survei khusus ekraf, Kamis (8/12).
Ia melanjutkan, tiga negara tujuan ekspor komoditi ekraf terbesar pada 2015 adalah Amerika Serikat sebesar 31,72 persen, Jepang (6,74 persen) dan Taiwan (4,99 persen).
Ia menyayangkan kuliner yang masih minim dalam menyumbang kontribusi ekspor. Padahal, kuliner merupakan ekraf yang mendominasi hampir di seluruh wilayah indonesia. Menurut Shariyanto, hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi Bekraf untuk menggenjot kuliner Indonesia di pasar dunia.
Kepala Bekraf Triawan Munaf mengatakan, kuliner merupakan produk yang rentan mengalami kerusakan karena bersifat organik. Untuk itu, perbaikan dari segi pengemasan perlu dilakukan.
Selain itu, saat ini pihaknya tengah mengupayakan promosi kuliner Indonesia dengan menjadikan soto sebagai lokomotif. Sebab, Indonesia memiliki ragam kuliner sehingga perlu dilakukan pemfokusan. "Contohnya Taiwan dengan dimsum, Thailand dengan Tomyamnya dan diplomasi spagheti. Sulit kalau lebih dari satu," katanya.
Dengan fokus memperkenalkan soto secara dunia maka, ia meyakini kuliner Indonesia lainnya juga akan ikut muncul di level dunia.