REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menjelaskan tidak ada lokasi terdampak gempa berkekuatan 6,4 skala Richter (SR) di Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, yang terisolir atau sulit diakses.
"Di wilayah terdampak, tidak ada kondisi yang terisolir dalam mengerahkan bantuan dan personel tim SAR gabungan," kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Rabu (7/12).
Ia menjelaskan kebutuhan mendesak korban gempa berdasarkan laporan BPBD setempat yaitu tenaga medis, obat-obatan, alat berat, dan makanan siap saji. Sutopo menjelaskan bantuan dari berbagai pihak yang telah didistribusikan antara lain personel bantuan, makanan siap saji, beras, kendaraan, obat-obatan, selimut, kantong mayat, dan rompi.
"Fokus utama sekarang adalah operasi pencarian dan penyelamatan korban jiwa, karena operasi SAR biasanya hanya tujuh hari setelah kejadian bencana. Masyarakat yang rusak berat rumahnya akan ditempatkan ke pengungsian," kata dia.
Bantuan dikirim dengan koordinasi dari kementerian dan lembaga terkait. Ribuan tim SAR gabungan dari BPBD Pidie Jaya dan BPBD Pidie bersama dengan TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Tagana, PMI, relawan dan masyarakat juga telah dikerahkan menangani dampak bencana.
"Masih ada warga yang kemungkinan tertimbun bangunan roboh, kami telah mengerahkan tiga ekskavator. Salah satu kendala kami adalah kekurangan alat berat," kata Sutopo.
BNPB merilis data dampak gempa Pidie Jaya hingga pukul 13.10 WIB, di mana secara keseluruhan terdapat 52 orang meninggal dunia, 73 orang luka berat, 200 orang luka ringan, sekitar 10 ribu orang lainnya terdampak bencana.