REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) mengungkapkan sejumlah fakta selama lebih dari 12 tahun pelaksanaan ujian nasional (UN) di seluruh Indonesia. Berdasarkan data FSGI, selama 10 tahun pelaksanaan UN, ternyata tidak mampu mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia.
"Sejumlah fakta tentang UN, salah satunya penyelenggaraan UN selama 10 tahun ternyata tidak mampu mendongkrak kualitas pendidikan di Indonesia," kata Sekretaris Jenderal FSGI, Retno Listyarti dalam diskusi di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Rabu (7/12). Fakta lainnya, ia melanjutkan, berdasarkan hasil pemantauan FSGI dari pelaksanaan UN pada 2011-2016 terjadi kebocoran dan kecurangan UN yang semakin masif dari tahun ke tahun.
Selain itu, ia mengatakan, UN membuat siswa mempunyai mentalitas seperti penjudi. Kemudian, ia menyatakan, selama ini UN membuat pelajar dan guru hanya mempelajari kisi-kisi UN. Hal tersebut berdampak pada hilangnya makna belajar yang sebenarnya. "Tidak ada skills development (pengembangan keterampilan) yang bertujuan untuk menyiapkan siswa mempunyai life skills yang akan dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari," tutur Retno.
Selama penyelenggara UN, ia menilai, pemeintah abai terhadap pelayanan pendidikan berkualitas karena selalu sibuk mengevaluasi di tahap akhir, bukan pada proses pembelajaran. Bahkan, ia menyebut, selama penyelenggaraan UN, hasil pemetaan belum dapat dirasakan.
Padahal, ia mengatakan, pemetaan pendidikan secara nasional sangat dibutuhkan. Tujuannya, untuk memastikan terpenuhinya hak setiap anak mendapatkan layanan pendidikan bermutu, tanpa kecuali.