Rabu 07 Dec 2016 16:58 WIB

Pakar UGM: Gempa Pidie Aceh Dipicu Sesar Aktif

Rep: Rizma Riyandi/ Red: Yudha Manggala P Putra
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah toko (ruko) akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).
Foto: Antara/Ampelsa
Petugas mengoperasikan alat berat untuk mencari korban yang tertimpa reruntuhan bangunan rumah toko (ruko) akibat gempa di Desa Ulee Glee, Kecamatan Bandar Dua, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12).

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gempa bumi berskala 6,5 skala richter mengguncang wilayah Pidie Jaya, Aceh, Rabu (7/12) pukul 05.03 WIB. Gempa berpusat di darat pada koordinat 5,19 ° LU dan 96,38 BT dengan kedalaman 10 kilometer.

Pakar gempa UGM Gayatri Indah Marliyani mengatakan, gempa bumi yang terjadi di Pidie dipicu atau merupakan dampak dari sesar aktif di wilayah tersebut. Pergerakan sesar aktif yang terjadi bersifat mendatar dan dekstral (menganan).

“Gempa Pidie Jaya ini disebabkan oleh pergerakan sesar aktif di kawasan tersebut,” tuturnya di Departemen Teknik Geologi UGM, pada hari yang sama setelah gempa terjadi. Ia menjelaskan bahwa sesar aktif yang bergerak di Pidie Jaya ini merupakan cabang dari sesar Sumatra di bagian utara.

Sesar ini berorientasi di barat laut-tenggara. Oleh karena itu, gempa ini terjadi karena pengaruh dari pergerakan sesar yang sudah ada tapi belum terpetakan sebelumnya.

“Adanya tekanan dari zona subduksi atau penunjaman di selatan Sumatera memberikan gaya tekan yang kuat ke daerah permukaan dan akibatnya membentuk sesar-sesar yang aktif, gempa terjadi akibat pergerakan dari sesar-sesar ini,” papar geolog UGM itu menjelaskan.

Adapun goncangan gempa yang terasa kuat di daerah Pidei, karena wilayah dekat pusat gempa memiliki batuan yang tidak kompak. Sehingga gelombang gempa merambat lebih cepat pada batuan kompak dan melambat ketika melewati batuan yang lepas-lepas.

Ketika melewati daerah dengan batuan yang lepas-lepas, amplitudo gelombang gempa akan membesar dan bisa merambatkan energi yang sama, sehingga getaran yang dirasakan pada daerah ini lebih kuat. Getaran yang kuat dari gempa bumi ini juga bisa menimbulkan longsor.

Gayatri menjelaskan, dikarenakan pergerakan sesar yang bersifat mendatar dan terjadi di kedalaman yang dangkal, maka gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami. Akan tetapi, gempa tersebut bersifat merusak. Karena kedalamannya yang dangkal dan terjadi di kawasan pemukiman padat penduduk.

“Banyaknya kerusakan disebabkan karena jarak antara pusat gempa dengan permukaan sangat dekat dan energi yang dilepaskan besar. Sehingga ketika mencapai permukaan gelombang dengan energi yang besar ini bersifat merusak,” paparnya.

Meskipun tidak berpotensi tsunami, Gayatri meminta masyarakat tetap waspada dan mengantisipasi kejadian gempa susulan. Meski demikian menurutnya gempa susulan yang terjadi memiliki kekuatan yang lebih kecil dan akan terus menurun.

Adapun yang harus dilakukan saat ini adalah memeriksa kondisi bangunan. Karena jika sudah rusak atau retak parah, getaran gempa yang kecil pun mampu merubuhkan bangunan tertentu.

Mengingat Indonesia merupakan wilayah rawan gempa bumi, Gayatri menekankan pentingnya upaya mitigasi bencana gempa. Salah satu langkah yang perlu segera dilakukan adalah memetakan jalur sesar atau patahan aktif di seluruh kawasan Indonesia. Terutama di kawasan padat penduduk atau perkotaan.

“Indikasi sesar ini aktif adalah adanya kegempaan di daerah sesar tersebut. Ketika sesar bergerak dan menimbulkan gempa, sesar ini akan cenderung bergerak lagi di masa yang akan datang,” ujar Gayatri.

Maka itu, perlu dilakukan penelitian geologi secara mendalam tentang sejarah kegempaan di sepanjang sesar tersebut. Penelitian untuk menyingkap sejarah gempa di masa lalu, jauh melampaui batas rekaman sejarah. Selain itu, setelah terjadi gempa sebaiknya langsung dilakukan pemetaan.

“Pemetaan setelah gempa penting dilakukan untuk mengetahui potensi gempa di masa mendatang,” tuturnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement