REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jumlah korban meninggal dunia akibat gempa di Kabupaten Pidie Jaya, Provinsi Aceh, terus bertambah. Berdasarkan Pangdam Iskandar Muda Mayjen TNI Tatang Suherman mengemukakan jumlah korban meninggal dunia akibat gempa berkekuatan 6,5 Skala Richter (SR) di Aceh sebanyak 92 orang, dan korban luka mencapai 213 orang.
Kepala Puskom Krisis Kemenkes Achmad Yurianto mengatakan jumlah korban meninggal kemungkinan bisa bertambah mengingat sampai saat ini proses evakuasi masih dilakukan. "Ada beberapa korban yang masih ada di bawah reruntuhan di TKP. Kebanyakan di bawah bangunan, jumlahnya berapa dan kondisinya bagaimana masih kami pantau terus," kata dia kepada Republika.co.id, Rabu (7/12).
Dia menyebut kebanyakan luka yang menimpa warga Pidie Jaya yakni akibat reruntuhan. Apabila reruntuhan menimpa kepala, maka akibatnya akan fatal dan akan menimbulkan pendarahan. Kemenkes mengatakan begitu gempa terjadi, 11 tim pengobatan darurat (emergency Medical team) dari puskesmas langsung bergerak. Mereka-lah yang memberikan pertolongan darurat pertama kali pada korban. RSUD Pidie Jaya sendiri bertugas mengevakuasi pasien dari dalam gedung yang secara konstruksi membahayakan. Setelah itu, barulah dari tim tersebut termasuk masyarakat setempat berdatangan ke RS. "Karena kapasitas tidak memenuhi, turun bantuan dari Dinas Kesehatan setempat," kata Yurianto.
Korban-korban dengan luka berat dilarikan ke RSUD di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Pidie, Sigli, dan Bireun. Hingga pukul 12.00 WIB, ada 30 ambulans masuk dan 135 orang tim kesehatan yang terdiri dari dokter bedah tulang, bedah umum, anastesi, ditambah kru. "Penanganan korban luka berat tidak dapat dilakukan di Pidie Jaya karena khawatir membahayakan, makanya ditarik ke RSUD Pidie, Sigli, dan Bireun. Korban luka berat sudah ditangani, tapi memang masih mengantri karena korban bertambah terus. Yang terpenting life saving (tanggap pertama) sudah dilakukan," ujar Yurianto.
Dia menyebut terkait logistik kesehatan seperti stok obat-obatan masih cukup. Stok sudah tersedia di Banda Aceh. "Dari pagi kita cek sementara ini masih aman. Tapi kami tetap monitor, kalau ada hal yang dibutuhkan dalam jumlah tidak banyak, bisa meminjam atau meminta dari Medan atau Batam," kata dia.