Selasa 06 Dec 2016 15:39 WIB

Muka Tanah di Bandung Raya Turun 15 Sentimeter Tiap Tahun

Rep: Zuli Istiqomah/ Red: Bilal Ramadhan
Banjir di kawasan Pagarsih, Bandung, Jawa Barat
Foto: Ist
Banjir di kawasan Pagarsih, Bandung, Jawa Barat

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketinggian muka tanah di wilayah Bandung Raya terus mengalami penurunan. Penurunannya bahkan mencapai 5-15 sentimeter setiap tahunnya. Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengatakan penurunan muka tanah tersebut akibat ulah manusia. Salah satunya dengan penggunaan air tanah yang berlebihan.

"Penurunan muka air tanah 5 sampai 15 sentimeter tiap tahunnya. Ini disebabkan penggunaan air tanah yang berlebihan,” kata Heryawan usai membuka seminar dan kongres Masyarakat Konservasi Tanah dan Air Indonesia (MKTI) di Hotel Horison, Kota Bandung, Selasa (6/12).

Heryawan menyebutkan masyarakat masih kerap menggunakan air tanah setiap hari untuk keperluan sehari-hari. Kata dia, penggunaan air tanah itu seharusnya hanya digunakan pada saat darurat lantaran bisa mengakibatkan tanah ambles.

Padahal, ujar pria yang akrab disapa Aher, keberadaan air tanah itu membutuhkan proses dan waktu untuk bisa berada di dalam tanah. Sehingga sangat membahayakan jika persediaannya semakin sedikit.

"Air tanah dangkal misalnya, membutuhkan waktu berhari-hari sampai bertahun-tahun untuk bisa berada di dalam tanah. Sedangkan air tanah dalam, itu membutuhkan waktu puluhan tahun sampai ratusan tahun untuk berada di dalam tanah," tuturnya.

Aher menilai digunakannya air tanah dikarenakan sumber air di sungai sudah tak layak. Akibat pencemaran limbah yang merusak sungai yang harusnya menjadi sumber kehidupan.

"Mengapa orang banyak pakai air tanah? Karena air sungainya tidak dipelihara. Air sungai juga sumber air bersih yang lebih banyak dan lebih mudah dibanding air tanah. Tapi persoalannya adalah kita tidak menjaga air sungai kita," ujarnya.

Oleh karena itu, Aher meminta untuk mengembalikan air tanah, masyarakat harus memiliki sumur resapan di setiap bangunan. Termasuk menjaga lingkungannya agar tidak tertutup beton dan aspal sehingga air bisa terserap ke dalam tanah.

Dengan begitu, kata Gubermur, pada saat kemarau sumber air tanah bisa menjadi cadangan. Sehingga tidak kekeringan tapi jika melimpah juga tidak membuat banjir. Ia juga meminta masyarakat harus komitmen menjaga sungai. Sehingga nilai air dai hulu ke hilir tetap tejaga kualitasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement