REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Mantan Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohammad mengatakan peperangan bukan cara bangsa beradab untuk memecahkan konflik sehingga harus ditinggalkan.
"Peperangan tidak akan mendatangkan kemanfaatan dan keuntungan, sebaliknya hanya menebarkan teror kemanusiaan," kata Mahathir saat memberikan kuliah umum dalam rangkaian kegiatan Mahathir Global Peace School ke-5 di Sportorium Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Senin (5/12).
Mahathir menyayangkan hingga kini masih banyak negara yang memiliki semangat tinggi untuk berperang. Bahkan rela menghabiskan dana triliunan guna memenuhi kebutuhan persenjataan yang canggih untuk perang atau membunuh sesama manusia.
"Kami melihat triliunan dana digunakan untuk membeli persenjataan tempur terbaru. Bahkan memilih senjata yang paling efektif untuk membunuh musuh," kata dia dalam kuliah umum bertema "Peace and intereligious Dialogue in Worldwide Education" itu.
Oleh sebab itu, pria yang pernah menjabat sebagai Sekretaris Jenderal Gerakan NonBlok ini menilai industri pembuatan senjata kini menjadi industri terbesar di dunia. Padahal, Mahathir mengatakan peperangan lebih banyak mengakibatkan krisis dan bencana kemanusiaan.
Tidak jarang seorang anak kehilangan orang tuanya karena perang dan orang tua kehilangan anaknya juga karena perang. "Perang adalah bencana yang kamu buat sendiri meski akhirnya kamu menang," kata Mahathir yang menjabat Perdana Menteri Malaysia periode 1981-2003 ini.
Ia mengatakan peperangan sipil, pembunuhan, dan kekerasan seperti yang terjadi di Suriah merupakan cara-cara primitif untuk menyelesaikan konflik. "Bahkan peperangan menurut saya merupakan perbuatan kriminal. Justru diskusi dan dialoglah merupakan cara-cara orang beradab untuk bisa menyelesaikan konflik," kata dia.