Ahad 04 Dec 2016 17:23 WIB

Harga Cabai Merah Terus Meroket di Lampung

Rep: Mursalin Yasland/ Red: Dwi Murdaningsih
 Pedagang sedang mengatur dagangan cabai merah keriting di salah satu pasar tradisional, Jakarta, Senin (21\1).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Pedagang sedang mengatur dagangan cabai merah keriting di salah satu pasar tradisional, Jakarta, Senin (21\1).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDAR LAMPUNG -- Harga cabai merah di beberapa pasar tradisional Kota Bandar Lampung terus meroket mencapai Rp 68 ribu per kg pada Ahad (4/12). Pedagang belum bisa menurunkan harga karena pasokan cabai dari luar Lampung harganya masih tinggi.

Sejumlah ibu rumah tangga mengeluhkan harga cabai merah yang menjadi bahan pokok dapur rumah tangga, yang belum turun sejak dua bulan lalu. Bahkan, harga cabai diperkirakan akan tetap bertahan tinggi hingga akhir tahun ini. “Sudah dua bulan, harga cabai merah tidak turun-turun. Semestinya pemerintah mengatasi soal harga ini,” kata Idawati, ibu rumah tangga di Beringin Jaya, Ahad (4/12).

Ia terpaksa membeli cabai merah untuk bahan masak di dapur dengan cara eceran. Biasanya ia membeli satu kilogram setiap belanja, namun sejak harga cabai merah tinggi, ia membeli paling banyak seperempat kilogram seharga Rp 17 ribu.

Pedagang di Pasar Pasir Gintung tak bisa berbuat banyak dengan harga cabai merah yang tinggi. Sejak harga melambung dua bulan lalu, Suripto, pedagang cabai, mengaku menyetok cabai sedikit, tidak seperti biasanya untuk menghindari kerugian karena cabai busuk. 

“Sekarang pembeli berkurang. Yang beli juga sedikit paling banyak seperempat kilo,” tuturnya.

 Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Lampung Yeane Irmaningrum mengatakan, harga cabai merah memengaruhi andil inflasi di Kota Bandar Lampung. Pada November lalu, Kota Bandar Lampung mengalami inflasi sebesar 0,43 persen.

Beberapa komoditas yang dominan memberikan andil inflasi di antaranya adalah cabai merah dengan andil sebesar 0,23 persen, bawang merah 0,17 persen, tarif pulsa ponsel 0,02 persen, cabai rawit 0,02 persen, air kemasan 0,02 persen, kacang panjang 0,01 persen, jeruk 0,01 persen, rokok kretek 0,01 persen, bubur 0,01 persen, tomat sayur 0,01 persen, dan buncis 0,01 persen.

 

 

 

 

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement