Kamis 01 Dec 2016 19:36 WIB

HNW akan Hadiri Aksi Damai di Monas

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menerima kunjungan silaturahim delegasi Al-Azhar Youth Leader Institute (AYLI) di Ruang Kerjanya, Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Selasa (22/11).
Foto: ist
Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid, menerima kunjungan silaturahim delegasi Al-Azhar Youth Leader Institute (AYLI) di Ruang Kerjanya, Gedung Nusantara III, Kompleks Gedung MPR/DPR/DPD, Senayan, Jakarta, Selasa (22/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) menegaskan akan menghadiri kegiatan doa bersama dan aksi damai sekaligus shalat Jumat direncanakan diselenggarakan di kawasan lapangan Monumen Nasional Jakarta, Jumat (2/12).

"Kehadiran saya pada kegiatan doa bersama dan aksi damai, bukan sebagai pimpinan MPR RI maupun anggota DPR RI, tapi atas nama pribadi," katanya, di Gedung MPR/DPR/DPD RI, Jakarta, Kamis (1/11).

Menurut Hidayat, jika sebagai pimpinan atau anggota MPR RI dirinya tidak mewakili aspirasi tersebut, tapi sebagai diri sendiri dan bagian dari masyarakat Muslim Indonesia dapat menyampaikan aspirasinya. Sebagai bagian dari masyarakat Muslim, dirinya bersama masyarakat lain ingin agar hukum dapat ditegakkan secara adil terkait dengan penistaan agama.

Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu menegaskan kehadirannya dalam doa bersama di Monas juga tidak akan mengenakan atribut partai. Pada kesempatan tersebut, Hidayat juga mengimbau panitia, peserta doa bersama atau aparat keamanan untuk saling memahami, menghargai, dan saling menjaga kedamaian.

Menurut Hidayat, mereka semua adalah bangsa Indonesia yang seharusnya saling menjaga persatuan dan kesatuan bangsa serta keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Sementara itu, Ketua MPR RI Zulkifli Hasan juga mengimbau

seluruh elemen masyarakat Indonesia menjaga komitmen kesepakatan bersama untuk saling menjaga ketertiban dan

kedamaian.

"Semua pihak, agar waspada terhadap pihak-pihak yang berpotensi mengganggu jalannya doa bersama dan aksi damai," kata Zulkifli.

Menurut dia, doa bersama dan aksi damai ini adalah momentum pembuktian kepada seluruh umat Islam dan masyarakat Indonesia lainnya serta masyarakat internasional, bahwa Muslim Indonesia adalah Muslim yang moderat dan rahmatan lil alamin.

"Semuanya harus saling menghormati dan menghargai, serta berada dalam satu ikatan Bhinneka Tunggal Ika," katanya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement