Rabu 30 Nov 2016 18:50 WIB

KNKT Masih Kekurangan Tenaga Investigator

Petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengidentifikasi bangkai pesawat Cessna yang jatuh di areal persawahan desa Banjar Wangunan, Mundu, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (31/8).
Foto: Antara/Dedhez Anggara
Petugas Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) mengidentifikasi bangkai pesawat Cessna yang jatuh di areal persawahan desa Banjar Wangunan, Mundu, Cirebon, Jawa Barat, Rabu (31/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) masih kekurangan tenaga investigator untuk menyelesaikan investigasi kecelakaan baik di moda darat, laut, udara dan kereta api. Ketua KNKT Soerjanto Tjahjono mengatakan kebutuhan investigator yang paling banyak di moda udara.

"(Investigator kecelakaan) udara itu butuh sekitar 30 orang, sekarang baru 10 orang," ungkapnya, Rabu (30/11).

Sementara itu, lanjut dia, untuk investigator di moda laut masih membutuhkan minimum 10 orang, saat ini hanya empat orang. Untuk kecelakaan moda darat, lanjut dia, dibutuhkan minimal 10 orang, sementara saat ini hanya ada enam orang. Begitu pula di moda perkeretaapian, investigator yang ada hanya lima orang, sementara dibutukan minimal 10 orang.

"Terutama di kereta api ini masalah anjlokan dan rel patah, jumlahnya sangat banyak sekali, belum selesai sudah timbul lagi, ini harus segera diselesaikan," ucapnya.

Soerjanto mengaku seringkali kasus belum selesai diinvestigasi, kemudian terjadi lagi kecelakaan yang menyebabkan investigator kewalahan. Dia menambahkan kondisi tersebut juga seringkali disalahartikan dengan kinerja yang belum optimal karena data yang dihasilkan tidak banyak.

"Jumlah investogator kita kurang, sehingga investigasi seolah-olah terlihat sedikit. Data aktualnya tidak banyak, tetapi tetap kita paksakan karena kecelakaan banyak, ada tuntutan laporan investigasi," tuturnya.

Untuk itu, Soerjanto mengatakan untuk menyiasati kondisi tersebut pihaknya mengadakan sosialisasi kepada para pemangku kepentingan dan operator untuk memahami penyebab kecelakaan.

"Agar mereka melakukan perbaikan supaya kecelakaan yang sama tidak terulang lagi di kemudian hari," ujarnya, berharap.

Dia mengatakan sosialisasi sudah dilakukan di beberapa daerah, seperti di Cirebon, Wamena, Sentani dan Sorong.

"Kita juga minta pemerintah untuk mengevaluasi peraturan sebaiknya di daerahnya langsung agar lebih merasakan kondisi di sana, seperti di Papua," katanya.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement