REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Rusaknya lingkungan dan ekosistem di Indonesia serta berkurangnya jumlah area hutan yang ada mengakibatkan terjadinya berbagai macam bencana di tanah air. Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan, kerusakan hutan menjadi faktor utama penyebab bencana alam seperti banjir dan kekeringan dalam beberapa tahun terakhir ini.
Menurutnya, terdapat sejumlah faktor yang mengakibatkan terjadinya kerusakan hutan sehingga jumlah area hutan saat ini berkurang hingga 50 persen dalam kurun waktu 60 tahun. Pertama, yakni meningkatnya jumlah penduduk yang berimbas pada peningkatan kebutuhan perumahan dan juga lahan pertanian.
Untuk mengatasi hal tersebut, pemerintah pun melakukan program transmigrasi sehingga membuka lahan hutan di berbagai daerah dan diperuntukan untuk pembangunan perumahan.
"Itu yang pertama yang mengurangi jumlah hutan itu, penduduk. Penduduk kemudian ada hubungannya juga dengan pertanian. Contohnya bagaimana upaya membuat 1 juta hektar lahan di lahan gambut tahun 80an-90an yang gagal, yang akibatnya sampai merusak ekologi sampai sekarang," kata JK saat meresmikan pembukaan Kongres Kehutanan Indonesia VI di Hotel Grand Sahid, Jakarta, Rabu (30/11).
Faktor kedua penyebab kerusakan hutan yakni bisnis hutan yang tak terkendali. Banyaknya pengusaha kayu yang kemudian mengeksplorasi hutan dan hanya dijual dengan harga 5 dollar per kubik berdampak pada rusaknya lingkungan.
"Akibatnya hari ini banjir dan panas di Kalimantan, Sumatera, dan sebagainya. Kenikmatan sesaat, yang dampaknya jangka panjang. Bisnis hutan. Setelah bisnis hutan muncul bisnis palm," tambah JK.
Selain itu, semakin menjamurnya bisnis pertambangan juga berdampak pada kerusakan lingkungan. JK mengatakan, perusahaan pertambangan mempunyai kewajiban untuk menutup kembali lahan yang digali serta melakukan penanaman kembali. Ia pun meminta agar kepala daerah dapat bersikap tegas menjalankan aturan perizinan terkait hal ini.
Faktor penyebab kerusakan hutan lainnya yakni berubahnya pola makan masyarakat Indonesia. JK menyampaikan, tak sedikit petani yang beralih menanam kentang daripada ubi atau singkong. Akibatnya, banyak daerah perbukitan pun harus digunduli dan beralih fungsi menjadi lahan pertanian.
"Kenapa banjir di Bandung, Garut, ataupun di Dieng Jawa Tengah? Semua bukit-bukitnya, hutan-hutannya ditanami kentang, kol, atau bayam dsb. Itu karena kita beralih daripada makanan tropis ke makanan Barat, makanan Eropa," ujarnya.