Selasa 29 Nov 2016 16:25 WIB

Pengamat: Pemindahan Lokasi Demo Bentengi Aksi 212 dari Penyusupan

Rep: Qommarria Rostanti/ Red: Bilal Ramadhan
 Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Bachtiar Nasir (ketiga kanan) berbicara saat menggelar konferensi pers Aksi Bela Islam III di AQL Islamic Center, Jakarta, Jumat (18/11).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Ketua Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI), Bachtiar Nasir (ketiga kanan) berbicara saat menggelar konferensi pers Aksi Bela Islam III di AQL Islamic Center, Jakarta, Jumat (18/11).

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Pemindahan lokasi aksi 212 ke lapangan Monumen Nasional (Monas) dinilai merupakan jalan tengah. Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA) Harits Abu Ulya melihat sebenarnya pemerintah tidak berkenan dengan digelarnya kembali aksi umat Islam jilid III.

Dia menduga Kapolri Jenderal Tito Karnavian menginginkan agar umat bersabar dan menunggu proses yang sedang berjalan pascapenetapan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) sebagai tersangka.

"Sehingga wajar di lapangan ada langkah begitu sistemik untuk mengerdilkan gerakan umat, langkah-langkah penghambatan dilakukan dengan berbagai modus," ujarnya kepada Republika.co.id, Selasa (29/11).

Bahkan, kata dia, publik juga melihat bagaimana Kapolri berusaha keras membangun narasi yang intinya untuk mengarahkan publik agar sejalan dengan kehendak pemerintah untuk mereduksi rencana aksi 212. Harits menyebut di sisi lain, dorongan akidah dan moral umat Islam untuk menuntut keadilan tidak lagi bisa dibendung.

Dia menyebut semakin keras tekanan dari rezim Jokowi, makin mengkristal pula sikap umat Islam menuntut keadilan dalam kasus penistaan agama oleh Ahok. Maka pada akhirnya aksi akan tetap berjalan, dan dilokalisir di Monas.

"Dengan diadakan di Monas dan dengan kemasan aksi yang super damai berisi doa, dzikir, tausiyah dengan sendirinya akan menjadi benteng dari upaya inflitrasi (penyusupan) yang akan mengacaukan aksi 212," kata dia.

Seperti diberitakan sebelumnya, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF MUI) dan Polri membuat beberapa kesepakatan terkait aksi 212. Beberapa poin diantaranya yakni sepakat bahwa Aksi Bela Islam III tetap digelar pada Jumat (2/12) dalam bentuk aksi unjuk rasa yang super damai berupa aksi ibadah (gelar sajadah) tanpa mengubah tuntutan utama aksi 212 yaitu tegakkan hukum yang berkeadilan dan tahan penista agama.

Selain itu, mereka sepakat bahwa aksi akan digelar berupa dzikir dan doa keselamatan untuk negeri serta tausiyah umara dan ulama di Lapangan Monas dan sekitarnya dari jam 08.00 hingga Shalat Jumat yang melibatkan semua elemen umat dan masyarakat, termasuk TNI dan Polri untuk berbaur ikut dzikir dan doa serta dengar tausiyah dan Shalat Jumat.

Tak ketinggalan, usai Shalat Jumat para pimpinan GNPF MUI akan menyapa umat Islam dan menyalaminya di sepanjang jalan raya Sudirman-Thamrin berikut ruasnya, sekaligus melepas mereka pulang ke daerah masing-masing dengan aman dan tertib. GNPF, Polri, dan TNI pun sepakat membentuk tim terpadu mengatur masalah teknis pelaksanaan Aksi Bela Islam III.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement