Ahad 27 Nov 2016 18:36 WIB

Hermawan Sulistyo : Budaya Pungli di Sekolah Sudah Sejak 1970-an

Rep: mabruroh/ Red: Damanhuri Zuhri
Hermawan Sulistyo
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Hermawan Sulistyo

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Kepolisian Hermawan Sulistyo mengatakan budaya pungutan liar (pungli) di dunia pendidikan sudah terjadi sejak 1970-an. Bahkan dia mengaku pernah menurunkan seorang kepala sekolah karena praktek pungli yang pernah dialaminya.

"Saya tahun 1975 sudah menurunkan kepala sekolah karena dia pungli dan banyak yang demo itu sudah 40 tahun yang lalu dan ini masih sama," ujar Sulistyo saat dihubungi Republika di Jakarta, Ahad (27/11).

Dia menjelaskan untuk praktek pungli di sekolah, biasanya terjadi di sekolah kelas menengah ke bawah. Alasan sekolah sering kali melakukan pungli kapada para siswa dengan alasan tidak ada dana atau dana belum turun.

Akan tetapi, ungkapnya, saat dana tersebut turun namun pihak sekolah sering malas untuk mengembalikan uang tersebut kepada para siswa. Ini yang kemudian menjadi berkelanjutan dari generasi ke generasi. "Ini harusnya sekolah tidak boleh meskipun meminjam, kenapa? Karena nanti ketika yang itu harus dikembalikan uang itu tidak dikembalikan," ujar dia.

Di tambah lagi, lanjutnya, hal ini sering kali orang tua seolah menutup mata. Alasannya agar nilai anaknya baik-baik saja sehingga berubah menjadi masyarakat yang pendiam dan penurut. "Orang tua takut karena ancamannya pada nilai sekolah anak-anaknya. Jadi ini praktek lama," ujar dia lagi.

Praktek pungli pun kata dia seringkali terjadi di sekolah-sekolah negeri. Sedangkan di sekolah-sekoah swasta seringkali ada kesepakatan sejak awal antara orang tua maupun pihak sekolah. "Kalau itu terjadi di sekolah swasta, bukan pungli karena kesepakatan buatnya tapi kalau di negeri itu pungli," ujar dia.

Dia juga menambahkan, praktek pungli bukan saja terjadi di ranah pendidikan melainkan dalam dunia olah raga. Banyak sekali, akunya, pada atlet-atlet yang berprestasi dan mendapatkan penghargaan namun tidak pernah mendapatkan hal yang selayaknya.

Sehingga dia menyarankan agar satgas saber pungli juga mau menengok kabar para atlet Indonesia ini. Dengan demikian akan terungkap bahwa banyak permainan curang yang dilakukan para pengurus. 

"Saya sarankan untuk juga bergerak di dunia olah raga, karena kasihan atlet-atlet itu kalau kejuaraan dapat bonus dan dipungli para pengurusnya. Sedangkan mereka tidak berani apa-apa," ujarnya menambahkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement