Rabu 23 Nov 2016 15:18 WIB

Mendes Targetkan 125 Desa Tertinggal Jadi Mandiri

Rep: Muhammad Nursyamsyi/ Red: Winda Destiana Putri
Desa Wisata. Ilustrasi
Foto: Yukpiknik
Desa Wisata. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Eko Putro Sandjojo menargetkan 125 desa tertinggal mampu bertransformasi menjadi desa mandiri pada 2019. Dari 125, sebanyak 80 desa direncanakan menjadi mandiri.

"Dua tahun ini sudah berhasil 35 desa. Dengan akselerasi yang kita lakukan, kita yakin target 80 terlampaui. Mudah-mudahan 2019, 125 desa terentaskan," ujarnya usai meresmikan Pameran Teknologi Tepat Guna (TGG) XVIII di Mataram, Nusa Tenggara Barat (NTB), Rabu (23/11). Dia menerangkan, prioritas utama Kementerian Desa tetap pada infrastruktur, meski juga porsi pemberdayaan ekonomi masyarakat akan lebih diperbesar.

Keseriusan pemerintah dalam membangun desa dia tunjukkan dengan adanya kenaikan alokasi dana desa sebesar Rp 60 triliun dalam APBN 2017, atau naik dari sebelumnya yang sebesar Rp 40,6 triliun. "Tahun depan dana desa antara Rp 800 juta sampai Rp 900 juta per desa, tapi kalau ditambah dana desa dari provinsi dan kabupaten bisa mencapai Rp 3 miliar per desa," ungkapnya.

Presiden Jokowi mengamanatkan tambahan anggaran tersebut dialokasikan untuk membangun embung dengan kedalaman hingga 20 meter. Dia berharap, keberadaan embung mampu meningkatkan produktivitas pertanian hingga dua kali lipat lantaran pada musim kemarau masih tersedia air.

Ia mengatakan, alokasi anggaran satu embung berkisar antara Rp 300 juta sampai Rp 500 juta tergantung daerahnya. Dia berharap, dana desa tidak semata  menjadi sumber pembangunan desa tapi sebagai motor penggerak pembangunan ekonomi desa. Menurutnya, kehadiran embung tidak hanya untuk irigasi, melainkan juga untuk budidaya perikanan, kuliner, pariwisata, dan industri ekonomi kreatif.

Dia mencontohkan keberhasilan Desa Ponggok, Polanharjo, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah, yang berhasil memanfaatkan potensi sebagai penggerak perekonomian desa. "Mereka punya kolam renang dengan batu alam yang pendapatan per tahun tidak sampai Rp 10 juta, yang tidak cukup bayar gaji," paparnya.

Kepala Desa Ponggok bersama masyarakat sekitar berhasil mengubahnya menjadi kawasan wisata snorkeling dengan menaruh karang, sofa, hingga motor, yang menarik para wisatawan berkunjung.  "Rasanya seperti di Bunaken, snorkeling plus swafoto gratis," terangnya.

Atas keberhasilannya, Desa Ponggok mampu meraup keuntungan bersih hingga Rp 10 miliar per tahun. Selain embung, pihaknya juga mendorong terbentuknya Bumdes, infrastruktur, dan pemberdayaan masyarakat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement