Jumat 18 Nov 2016 10:36 WIB

Ini Nasihat Bijak Tuan Guru Bajang Terkait Kasus Ahok

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Damanhuri Zuhri
Gubernur NTB, Dr. K.H. TGH. M Zainul Majdi, M.A (Tuan Guru Bajang)
Foto: ROL/Fian Firatmaja
Gubernur NTB, Dr. K.H. TGH. M Zainul Majdi, M.A (Tuan Guru Bajang)

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM -- Gubernur Nusa Tenggara Barat, TGH Zainul Majdi menyampaikan pesannya untuk pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia (PDBI), Christianto Wibisono, dalam sebuah grup WhatsApp.

Dalam pesan tersebut, Pria yang dikenal sebagai Tuan Guru Bajang (TGB) tersebut mengajak untuk sama-sama menjaga bangsa ini di tengah situasi seperti sekarang ini.

"Mari kita jaga Republik kita ini dengan sungguh-sungguh, ikhlas, kelapangan hati dan saling memahami," ungkap Tuan Guru Bajang dalam pesan WA yang diterima Republika, Jumat (18/11).

Berikut ini isi lengkap nasihat bijak Tuan Guru Bajang: (Tenangkan hati dan fikiran, lalu bacalah dengan sejuk)

 

       

Mas Chris, sedikit ilustrasi. Kalau ada seorang pendeta sedang berkhutbah kepada umatnya di gereja dengan Yohanes 3 ayat 16 (Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal...), lalu tiba-tiba ada seorang yang masuk dan menyela kepada jamaah : Bapak Ibu, jangan mau dibohongi pakai Yohanes 3 ayat 16 ! Kira-kira ditanggapi bagaimana ya Pak?

Apakah Ayat Yohanes yang mulia itu bisa dimaknakan seperti pisau yang netral, nir nilai dan bergantung pada yang menggunakan? Ataukah sebaliknya, bahwa Ayat itu memiliki makna tertentu dalam dirinya?

Menurut saya, sungguh tidak benar menganalogikan ayat-ayat dalam kitab suci dengan benda mati. Ayat-ayat dalam kitab suci adalah petunjuk, pedoman bagi yang meyakininya, wajib dihormati dan dimuliakan bahkan oleh yang tidak mempercayainya.

Belum lagi secara etika, apakah dibenarkan bagi seorang pejabat publik untuk berilustrasi dengan kitab suci agama lain secara peyoratif pada saat sedang menjalankan tugasnya?

Semalam saya mengundang seluruh tokoh agama di NTB dalam rangka meneguhkan semangat berbangsa, mengingatkan bahwa NKRI adalah amanah Allah yang wajib kita jaga selamanya. Seluruh pimpinan majelis agama hadir bersama tokoh adat, ormas keagamaan, pemuda dan perempuan.

Saat sesi dialog, beberapa tokoh dari NU dan Muhammadiyah menyampaikan bahwa esensi dari kita bertetangga itu adalah empati. Kalau tetangga kita gundah, berilah penghiburan dan penguatan, tunjukkan solidaritas. Mereka bertanya-tanya, mana suara solidaritas dari tokoh-tokoh gereja saat umat Islam merasa kitab suci mereka dinista.

Bukankah saat ada aksi teror, organisasi Islam dan para tokoh Islamlah yang paling lantang bersuara, mengutuk dengan keras. Kami merindukan suara yang sama dari para tokoh Kristen dan agama lain, agar hati kami sejuk dan yakin bahwa kita memang bersaudara.

Saya pikir, mungkin itu lah suara hati umat Islam saat ini. Mereka mengharapkan empati dari umat non-Muslim, bukan justru terkesan ada pembelaan kepada yang melakukan penistaan itu.

Alhasil, menurut saya yang awam ini, Mas Chris, mari kita jaga Republik kita ini dengan sungguh-sungguh ikhlas, kelapangan hati dan saling memahami. Salam hormat dan mohon maaf atas kekhilafan.

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement