Rabu 16 Nov 2016 05:00 WIB

Trump dan Timur Tengah

Red: M Akbar
Buku Donald Trump dalam bahasa Rusia
Foto: AP
Buku Donald Trump dalam bahasa Rusia

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Tia Mariatul Kibtiah (Pengajar Hubungan Internasional (HI) Kajian Wilayah Timur Tengah Binus University)

Setelah terpilihnya Donald J. Trump menjadi Presiden Amerika Serikat ke-45, dunia Islam ketakutan. Berdasarkan kampanye Trump, salah satu program kerjanya meminta imigran muslim keluar dari Amerika Serikat. Sejumlah pengamat politik melihat terpilihnya Trump merupakan kiamat bagi perdamaian dunia.

Amerika Serikat akan bersikap keras dalam kebijakan luar negerinya, terutama pada kawasan negara-negara Muslim seperti Timur Tengah. Namun dalam politik tak bisa dilihat ‘hitam putih’ karena seyogyanya politik adalah strategi bersama untuk mencapai tujuan.

Dalam sistem demokrasi, jika tujuan telah tercapai, maka akan tercipta deal-deal baru untuk memperkuat posisi pemerintahan. Dalam ilmu politik, politik dibagi dalam tiga bagian; Pertama, political behavior yakni yang berkaitan dengan partai, koalisi, voters, bagi-bagi kekuasaan, birokrasi.

Kedua, political institutions, yakni di beberapa negara, mereka menganut presidential system atau federal system dimana eksekutif dan legislatif terpisah seperti Amerika Serikat dan Amerika Latin. Ketiga, political outcomes yakni lebih fokus pada kebijakan seperti pertumbuhan ekonomi, lingkungan, harmoninasi masyarakat dan lain-lain.

Dari ketiga bagian politik tersebut, Trump akan mengabaikan apa yang menjadi campaign icons yakni mengusir imigran muslim keluar dari Amerika Serikat dan menolak imigran baru datang, menekan dunia Islam dan anti Islam. Tidak sesederhana itu. Trump dan tim hanya cerdas berstrategi untuk memeroleh suara sebanyak-banyaknya.

Saat start kampanye, Trump hanya mendapatkan delapan persen suara. Dengan mengangkat isu 'anti Islam', suara atau popularitas Trump  terus naik tajam hingga mencapai 60 persen. Bahkan isu ini 'meninabobokan' kubu Hillary Clinton yang terlalu percaya diri dengan kampanye damai untuk semua etnis dan agama.

Alhasil, kemenangan Trump mengagetkan dunia dan banyak kalangan pengamat politik mengatakan, ini akan menjadi bencana untuk kawasan Timur Tengah yang dikenal sebagai kawasan mayoritas Muslim yang juga kerap dijadikan ajang pertaruhan ekonomi Amerika Serikat dalam penjualan senjata dan pengerukan sumber daya alam minyak.

Pada kenyataannya, di awal pemerintahannya, Trump langsung berkomentar soal agama dan ras. Dia mengatakan bahwa ras apapun, agama apapun adalah rakyat Amerika yang akan mengembangkan perekonomian Amerika. Ini adalah sebuah ‘clue’ tajam yang menunjukkan bagaimana kebijakan luar negeri Trump ke depan. Trump Nampak bergeser dari janji-janji kampanyenya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement