REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dengan penuh semangat astronom naik ke atas jembatan pelabuhan Sidney, Australia, pada Senin malam untuk mendapatkan pemandangan lebih dekat dari "supermoon", bulan purnama terbesar dan paling terang selama hampir tujuh dasawarsa.
Bulan besar itu, yang dikatakan astronom lebih dekat ke Bumi sejak 1948, "merunduk" di antara awan di langit Sidney pada Senin malam, dengan banyak warga mengambil foto. Bagian dunia lain berharap memiliki langit lebih cerah untuk melihat bulan purnama itu, yang muncul hingga 14 persen lebih besar dan 30 persen lebih terang daripada biasanya, kata NASA.
Badan Antariksa Amerika tersebut mengatakan, pada Senin pukul 06.23 Waktu Standar Timur atau EST (11.23 GMT), bulan akan berjarak lebih dekat sekitar 35.400 km dari rata-ratanya, yang berada dalam jarak 348.400 km dari permukaan bumi.
Jarak bulan dari Bumi bervariasi karena mengorbit dalam lintasan berbentuk telur dan tidak melingkar.
Di Indonesia, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan daerah Sumatera dan Jawa mengalami hujan relatif tinggi dan terus meningkat selama sepekan ke depan.
Daerah tersebut termasuk Sumatera Utara, Sumatra Barat, Riau, Kep Riau, Sumatera Selatan, Bengkulu, Bangka Belitung, Banten, Jawa Barat, Jabodetabek, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, dan Kalimantan Utara.
Daerah itu kemungkinan kesulitan mengamati "Supermoon", sehingga fenomena puluhan tahun sekali tersebut diperkirakan hanya bisa dinikmati di sebagian wilyah Tengah dan Timur Indonesia. Kesempatan berikutnya untuk melihat bulan purnama yang dekat dengan Bumi sendiri, akan terjadi pada tahun 2034 mendatang.