Kamis 10 Nov 2016 22:36 WIB

Gaya Kampanye Ahok-Djarot Tiru Jokowi

Rep: Umar mukhtar/ Red: Damanhuri Zuhri
Djarot Saiful Hidayat (kanan)
Foto: Antara/Widodo S. Jusuf
Djarot Saiful Hidayat (kanan)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Komunikasi Politik dari UIN Syarif Hidayatullah Gun Gun Heryanto menuturkan peniruan model kampanye pasangan calon (paslon) nomor dua Ahok-Djarot pada pilgub DKI Jakarta dengan kampanye ala Joko Widodo pada pilgub DKI Jakarta 2012 lalu, merupakan hal wajar.

Menurut Gun Gun Heryanto, apa yang dilakukan tim kampanye Ahok-Djarot pun tidak keliru selama segmen atau khalayak yang diincarnya tepat.

"Ini bukan soal seharusnya, tapi lebih kepada targetnya siapa. Melihat yang dibidik Ahok adalah massa yang dibidik Jokowi di 2012 dan 2014, jadi tak keliru juga sebenarnya. Memang jelas tak orisinil," tutur dia saat dihubungi Republika, Kamis (10/11).

Meski tidak orisinil, lanjut Gun Gun, cara berkampanye Ahok-Djarot bisa menjadi efektif. Asalkan, masyarakat yang ditargetnya adalah yang memilih Jokowi pada 2012 lalu. "Makanya ini hanya reminder saja, ini yang disebut konsep rebranding," kata dia.

Karena hanya menyalin model kampanye yang dilakukan Jokowi, lanjut Gun Gun, tentu lebih mudah untuk dilakukan. Soal kelemahan gaya kampanye seperti ini, menurut dia, amat ditentukan dengan penentuan segmentasi masyarakatnya.

Maka, lanjut Gun Gun, wajar jika pola penentuan lokasi kampanye Ahok-Djarot itu sama dengan yang dilakukan Jokowi pada pilgub DKI 2012 lalu. "Yang banyak meniru Jokowi adalah pasangan Ahok-Djarot. Misalnya baju kotak-kotak, kemudian salam dua jari, slogan kerja-kerja menang. Memang ini lebih banyak rebranding dari brand-nya Jokowi," jelas dia.

Bagi orang-orang yang menanti adanya dinamika dan kebaruan pada pilgub DKI ini, tentu model kampanye Ahok-Djarot itu dianggap sudah bukan barang baru lagi. Namun, penyalinan model kampanye bukan berarti kelemahan.

Kalaupun ada hal baru berupa program atau slogan yang lebih impresif dan mengesankan, tapi tidak sesuai dengan segmentasi yang dituju, tentu itu menjadi kurang tepat. "Apakah itu cocok atau tidak ya itu dipengaruhi target khalayaknya, karena kampanye itu dipengaruhi target khalayaknya siapa," ucap dia.

Seperti diketahui, Ahok dalam melancarkan kampanye kerap membagi-bagikan kartu namanya yang tertera nomor ponselnya. Model kampanye ini sebelumnya dilakukan Joko Widodo saat berkampanye pada pilgub DKI 2012 lalu. Kesamaan yang lain yakni juga pada penggunaan kemeja kotak-kotan, pola penentuan lokasi kampanye, dan ungkapan 'salam dua jari'," ujar dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement