Sabtu 05 Nov 2016 20:20 WIB

PII: Tembakan Gas Air Mata Memantik Amarah Massa

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Reiny Dwinanda
Aksi Bela Islam II yang berlangsung damai berubah ricuh pada pukul 19.30 WIB. Keonaran terjadi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (4/11).
Foto: Republika/Yasin Habibi
Aksi Bela Islam II yang berlangsung damai berubah ricuh pada pukul 19.30 WIB. Keonaran terjadi di depan Istana Merdeka, Jakarta, Jumat (4/11).

Berada bersama Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) di barisan terdepan massa aksi damai, Pelajar islam Indonesia (PII) mengatakan aksi 4 November berlangsung damai sejak Jumat pagi. HMI, PII, dan Gerakan Pemuda Islam Indonesia sudah mulai berdemonstrasi sekitar pukul 10.50 WIB. "Tidak ada niatan untuk membuat kericuhan," kata Ketua umum Pelajar Islam Indonesia (PII) Munawar Khalil.

Keadaan berbalik cepat setelah pukul 18.00 WIB. Massa belum membubarkan diri, memutuskan bertahan untuk menunggu pernyataan presiden. "Saat itu memang terjadi dorong-dorongan kecil antara sejumlah peserta aksi," ujarnya.

Munawar menyayangkan tindakan berlebihan dari aparat kepolisian terhadap dorong-dorongan kecil tersebut. Ia menyaksikan dengan mata kepala sendiri kejadian itu.  "Saya saksi mata yang terdepan. Kami biasa saja dengan polisi, tapi begitu waktu menunjukkan pukul 19.30 WIB, polisi menyikapi ricuh minor itu dengan menembakkan gas air mata ke arah seluruh demonstran," ungkap Munawar.

Tindakan polisi tersebut, menurut Munawar justru menjadi pemicu munculnya reaksi massa terhadap aparat keamanan. "Yang dorong-dorongan hanya segelintir, tetapi polisi menyamaratakan perlakuannya dengan menembakkan gas air mata ke seluruh demonstran," katan Munawar saat konferensi pers bersama HMI, Sabtu (5/11) di Jakarta.

Baca juga: Ketum HMI: Sumber Kericuhan Berasal dari Belakang Barisan HMI

Munawar berpendapat reaksi massa tak akan terjadi andaikan polisi tidak menembakkan gas air mata. "Gas air mata itu penyebab, pemicunya. Ini yang saya sayangkan, Gas air mata itu mengarah ke mobil komando."

Baca juga: 'Pasukan Pengamanan tak Menggubris Teriakan Kapolri'

Sementara itu, Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar menjelaskan pembubaran massa terpaksa dilakukan setelah ada upaya penyerangan terhadap aparat kepolisian dengan bambu runcing. Upaya provokasi tersebut disusul dengan pelemparan botol, kayu, batu, dan benda-benda berbahaya lainnya ke arah petugas. "Sekitar pukul 19.30 WIB diputuskan langkah pembubaran dengan menembakkan gas air mata. Bunyi pelontarnya seperti suara ledakan senjata (api)," ungkap Kadiv Humas Polri Irjen Boy Rafli Amar.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement