Kamis 03 Nov 2016 19:56 WIB

Kebebasan Berpendapat di Medsos Ada Batasnya

Rep: Lintar Satria/ Red: Yudha Manggala P Putra
Ilustrasi Social Media
Foto: Republika/ Yasin Habibi
Ilustrasi Social Media

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat Komunikasi Massa Agus Sudibyo berpendapat, belakangan ini masyarakat dihadapkan pada keadaan di mana media sosial secara serampangan digunakan sekelompok orang untuk menghakimi atau menistakan pihak lain. Masyarakat juga dihadapkan kepada fenomena penggunaan media sosial sebagai sarana untuk memamerkan sikap acuh tak acuh, kemarahan dan kebencian terhadap kelompok tertentu.

Menurut Agus media sosial memang merupakan sarana untuk mewujudkan kebebasan berpendapat dan kebebasan berekspresi. Namun perlu ditegaskan bahwa kebebasan berpendapat atau kebebasan berekspresi melalui media mana pun tidak pernah sebebas-bebasnya tanpa batas dan etika.

"Kebebasan berpendapat dibatasi oleh hak-hak orang lain untuk diperlakukan secara layak dan adil, hak-hak setiap orang untuk mendapati ruang publik yang beradab dan menyejukkan," kata Agus dalam siaran persnya, Kamis (3/11).

Agus mengatakan ruang publik milik semua orang, oleh karena itu siapa pun yang berbicara di ruang publik harus memiliki kedewasaan, sikap bertanggung-jawab dan mampu berempati kepada orang lain. "Kebebasan berpendapat yang tanpa etika dan sikap hormat kepada orang lain akan melahirkan anarkhi," ujarnya.

Oleh karena itu, menurut Agus, sangat penting untuk mengingatkan kepada semua pihak, khususnya unsur-unsur politik untuk tidak menggunakan media sosial maupun media massa sebagai sarana untuk menebarkan sikap permusuhan, kebencian, sikap acuh-tak-acuh  yang berdimensi politik, agama, etnis maupun golongan.

"Media sosial dan media massa harus ditempatkan sebagai  sarana untuk berbagi dan mewujudkan empati sosial," katanya. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement