Kamis 03 Nov 2016 06:17 WIB

Sandiaga Uno akan Batasi Mobil Mewah di Jakarta

 Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno saat menghadiri peluncuran logo kampanye Salam Bersama di Jakarta, Kamis (20/10).
Foto: Republika/Rakhmawaty La'lang
Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno saat menghadiri peluncuran logo kampanye Salam Bersama di Jakarta, Kamis (20/10).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Calon Wakil Gubernur DKI Jakarta nomor urut tiga, Sandiaga Uno berniat untuk membatasi warga kalangan menengah ke atas dalam membeli mobil mewah. Namun, di satu sisi, ia mendukung warga kalangan menengah untuk membeli mobil yang termasuk dalam kategori low cost green car (LCGC) yang merupakan program pemerintah pusat.

"Mungkin, secara jumlah, LCGC lebih banyak, tetapi enggak banyak jalan. Malah mobil-mobil mewah itu yang saat penerapan kebijakan ganjil genap selalu mondar-mandir. Mereka dimiliki oleh orang-orang berduit," kata Sandiaga di Jakarta, Rabu (2/11).

Sandiaga mengatakan rencana kebijakan tentang LCGC tersebut merupakan bagian dari Program Angkutan Umum Murah, menyasar pada upaya menurunkan ongkos atau biaya transportasi warga, katanya.

Menurut dia, Jakarta sudah saatnya harus memulai secara masif kebijakan pengurangan penggunaan kendaraan bermotor pribadi. "Untuk itu, biarpun LCGC, penggunaannya tetap harus dibatasi dan perlahan mendorong mereka beralih ke angkutan publik yang nyaman, aman, mudah dicapai dan terjangkau oleh warga," kata Sandiaga.

Ia melihat, upaya tersebut dapat dimulai dari pembatasan pembelian mobil-mobil mewah, di samping upaya-upaya lain yang lebih penting untuk segera dilakukan dalam rangka mengajak masyarakat untuk beralih ke transportasi publik.

"Seperti, integrasi angkot-angkot ke dalam transjakarta sehingga bisa berfungsi menjadi feeder bagi transportasi massal dan menjangkau warga hingga ke pemukiman," kata Sandiaga.

Kemudian meningkatkan kapasitas transjakarta, baik dari sisi jumlah armada dan juga pelayanannya, sehingga target satu juta penumpang perhari bisa tercapai dalam tiga tahun, katanya.

Namun begitu, Sandiaga mengatakan bahwa untuk mengatasi kemacetan tidak cukup hanya dengan mendorong transportasi publik yang terintegrasi saja, karena setiap hari lebih dari tiga juta orang masuk ke Jakarta untuk bekerja.

Umumnya mereka pada awalnya adalah warga Jakarta, namun terpaksa ke pinggir dan luar Jakarta karena hunian yang tidak terjangkau di tengah kota, katanya. "Untuk itu, kita berencana membangun pusat-pusat hunian bagi warga pekerja di tengah kota, sehingga mereka bisa tetap bekerja dan tidak perlu melakukan perjalanan terlalu jauh," kata Sandiaga.

Apalagi menurut kajian, bahwa koefisien lantai terbangun di Jakarta masih kalah padat dari Singapura, katanya. "Itu artinya, kita masih kekurangan ruang hunian untuk warga di tengah kota. Kita akan rencanakan dan wujudkan hal itu juga, agar persoalan macet di Jakarta selesai secara komprehensif," kata Sandiaga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement