REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pagi yang cerah di area Monumen Nasional sepertinya biasanya menjadi pilihan untuk berolah raga. Namun, ada yang berbeda dengan Monas hari ini, Rabu (2/11).
Suara teriakan komandan barisan terdengar memekakan telinga. Barisan rapi yang sedang mengenakan seragam lengkap. Satu kelompok barisan berwarna kunging, ada berwarna abu, ada juga yang berpakaian loreng.
Monas tak seperti biasanya. Sepertinya Monas berubah seperti pangkalan militer. Baracuda berjejer rapi, pasukan kuda berdiri siaga, dan anjing-anjing pelacak memamerkan taringnya. Mungkin, ini tanda peristiwa besar akan terjadi di jantung Ibu Koto.
Dalam surat pemberitahuan yang diterima Mabes Polri pada Selasa (1/11), massa demonstran di DKI mencapai 100 ribu orang. Massa yang dipimpin Ustaz Bachtiar Nasir akan bergerak menuju Gedung DPR, Istana Kepresidenan, dan Masjid Istiqlal. Mungkin, massa ini yang akan dikawal oleh Polri dan TNI yang memenuhi Monas hari ini.
Menurut Kadivhumas Polri Irjen Boy Rafli Amar, TNI-Polri akan mengerahkan 18 ribu pasukan gabungan untuk mengamankan aksi tersebut. "Kemarin (1/11), (surat pemberitahuan aksi) sudah kami terima," kata Boy di Mabes Polri, Jakarta, Rabu (2/10).
Di samping suasana militer itu, Monas tetap menjadi tempat yang menyenangkan untuk berkunjung. Hilir mudik pengunjung terus terjadi, walau mereka mengerti tempat ini bisa saja menjadi tempat pertempuran nantinya.
Anak-anak juga masih riang membagi ceritanya, salah satu dari mereka bercerita tentang betapa tingginya Monas dibandingkan menara masjid di kampung mereka. “Itu monas tinggi sekali,” teriaknya.
Langit Jakarta menjadi saksi mata, hari ini, Rabu, 2 November 2016, barisan besar itu membubarkan diri. Dua hari mendatang, Jumat, 4 November, tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi.