Rabu 02 Nov 2016 14:17 WIB

Ketua DPR: Masukan SBY Patut Dipertimbangkan

Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pemaparan saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11).
Foto: Republika/ Raisan Al Farisi
Presiden RI keenam yang juga Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) memberikan pemaparan saat menggelar jumpa pers di kediamannya, Puri Cikeas, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (2/11).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua DPR Ade Komarudin menilai masukan Presiden ke-6 RI, Susilo Bambang Yudhoyono yang menyarankan kinerja intelijen harus akurat, patut dipertimbangkan sebagai koreksi.

"Beliau (SBY) berlatar belakang tentara dan sangat paham intelijen. Itu masukan yang patut dipertimbangakan," kata Ade, Rabu (2/11).

Dia mengingatkan SBY memiliki pengalaman yang mumpuni dan pengabdiannya sudah teruji sehingga tidak masalah memberikan masukan kepada bangsa Indonesia.

"Jangan lupa beliau (SBY) Presiden RI dua periode, pernah menjadi Menteri Koordinator bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Kepala Staf Terirorial, Ketua Fraksi ABRI di MPR. Artinya dia punya pengalaman yang banyak dan pengabdiannya teruji," ujarnya.

Sebelumnya, SBY menekankan kinerja intelijen harus akurat dalam menyikapi setiap situasi termasuk pertemuan politik. Intelijen tidak boleh menjadi ngawur dan main tuduh. Menurut SBY, banyak seruan agar unjuk rasa boleh dilakukan asalkan tidak anarkistis. Ia pun mengaku setuju dengan seruan seperti itu karena unjuk rasa di era demokrasi adalah unjuk rasa damai dan tidak anarkis.

Dia mengatakan di era kepemimpinannya selama 10 tahun menjadi Presiden juga banyak unjuk rasa dilakukan, tetapi pemerintahan tidak jatuh, bahkan ekonomi tetap tumbuh dan pemerintah tetap bisa bekerja. "Saya tidak alergi dengan unjuk rasa, saya telah buktikan selama 10 tahun," jelas dia.

Namun SBY menegaskan, di zamannya, intelijen tidak mudah melaporkan sesuatu yang tidak akurat. Ia sebagai pemimpin juga tidak mudah menuduh dan mencurigai adanya orang-orang besar yang mendanai unjuk rasa yang terjadi.

"Kalau dikaitkan situasi sekarang, jika ada analisis intelijen seperti itu (menuduh) saya kira berbahaya. Berbahaya menuduh seseorang atau kalangan atau partai politik melakukan seperti itu (mendanai unjuk rasa). Itu fitnah, i tell you fitnah lebih kejam dari pembunuhan dan sekaligus itu penghinaan," ucap SBY.

Dia mengingatkan bahkan peristiwa Arab Spring saja tidak ada yang mengomandoi, semua terjadi karena perkembangan teknologi dan viral media sosial.

Baca juga,  SBY: Jangan Curigai Pertemuan Politik Nonkekuasaan

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement