REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pertanian (Kementan) hingga saat ini masih kesulitan menangani produksi kedelai yang cenderung menurun. Namun Dirjen Tanaman Pangan Kementan Hasil Sembiring menganggap harga menjadi kunci untuk mengatasi hal tersebut.
Penurunan produksi, menurutnya, diakibatkan enggannya petani menanam kedelai. Sebab, harga kedelai lokal dinilai mahal dan tidak menguntungkan petani.
Untuk mendapatkan harga kedelai yang menarik bagi petani adalah dengan meningkatkan produktivitas. Namun jika produktivitas masih rendah seperti tahun ini, Hasil meyakini harga kedelai teta berada di kisaran Rp 8 ribu.
"Selama harga ini nggak dibuat menarik, saya kira nggak akan menarik minat petani bertanam kedelai," katanya, Selasa (1/11).
Ia menjelaskan, pemerintah sempat memberikan 700 ribu hektare (ha) lahan kepada para petani untuk ditanami kedelai. Namun 200 ribu ha dikembalikan para petani yang memilih bertanam jagung ataupun padi.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi kedelai Indonesia tahun ini diproyeksikan mengalami penurunan sebanyak 885,58 ribu ton biji kering. Itu artinya terjadi penurunan sebesar 77,61 ribu ton (8,06 persen) dibandingkan 2015.
Penurunan tersebut diperkirakan terjadi karena penurunan luas panen seluas 26,12 ribu ha atau 4,25 persen dan penurunan produktivitas sebesar 0,62 kuintal per ha atau 3,95 persen.