Sabtu 29 Oct 2016 22:47 WIB

Pelayanan Rumah Sakit Terbantu Pasokan Gas yang Lancar

Rumah Sakit Husada Utama di Surabaya termasuk salah satu pelanggan gas bumi.
Foto: Mapio.net
Rumah Sakit Husada Utama di Surabaya termasuk salah satu pelanggan gas bumi.

REPUBLIKA.CO.ID, Oleh Erik Purnama Putra/Wartawan Republika

Banyak yang belum tahu kalau kalangan korporat atau perusahaan dalam skala besar juga menjadi pelanggan gas bumi. Selain pusat perbelanjaan, beberapa rumah sakit di Surabaya juga sudah beberapa tahun lalu, menjadi pelanggan tetap PT Perusahaan Gas Nasional (PGN). Salah satunya adalah Rumah Sakit Husada Utama yang beralamat di Jalan Prof Dr Moestopo Nomor 31-35, Surabaya, yang berlangganan gas bumi sejak 2006.

Sebagai salah satu RS besar di Kota Pahlawan, Husada Utama termasuk pelanggan loyal yang menikmati manfaat gas bumi. Manajer Umum RS Husada Utama, Isyanto mengatakan, institusinya sudah berlangganan gas bumi sejak sekitar 10 tahun terakhir.

Menurut dia, banyak sekali keuntungan yang didapat selama menjadi pelanggan gas bumi. Di antaranya, ramah lingkungan, lebih hemat, dan efisien dalam pemakaiannya sehari-hari. "Dengan gas bumi, tidak ada polusi. Tidak ada asap hitam yang mengepul dari sisa pembakaran," katanya saat berbincang dengan Republika, kemarin.

Menurut Isyanto, gas bumi yang dimanfaatkan RS Husada Utama digunakan untuk pengoperasian boiler, kegiatan memasak, hingga pemanas air untuk sterilisasi alat medis. Dia menyatakan, institusinya memiliki dua boiler yang selalu difungsikan secara terus-menerus.

Dia menyatakan, kalau tidak memakai gas bumi, tentu saja pengoperasian boiler akan merepotkan para teknisi. Dia membayangkan, jika memakai bahan bakar solar, pasti pengeluarannya bakal berlipat ganda dan efek buruknya menghasilkan kepulan asap hitam. Pun kalau menggunakan tabung LPG, pasti harus mengganti ketika gasnya habis dan itu menciptakan kerepotan bagi petugas. Belum lagi, biayanya juga lebih mahal dari tarif gas bumi.

Karena itu, pihaknya merasa sudah tepat bisa mendapatkan layanan dari PT PGN. Hal itu lantaran kalau tidak ada jaringan gas yang melayani RS Husada Utama, pasti beban operasional bakal melonjak drastis dan petugas direpotkan dengan pengisian ulang kalau bahan bakarnya habis. "Dengan gas bumi, tagihan kita kira-kira bisa lebih murah sampai 70 persen. Tagihan gas kita per bulan itu rata-rata Rp 600 juta lho. Jadi banyak manfaatnya ada pipa jaringan gas ini," ucap Isyanto.

Dia menambahkan, mesin boiler itu sebenarnya sudah diseting untuk dapat digunakan dengan memakai bahan bakar gas atau solar. Namun, sambung dia, pemakaian solar hampir tidak pernah terjadi. Kondisi itu lantaran layanan gas bumi selama ini selalu lancar. Kalau pun ada gangguan, petugas dengan cepat datang merespon dan tidak sampai mengganggu operasional boiler.

Dia membandingkan, RS Husada Utama itu menjadi pelanggan tiga BUMN di bidang telekomunikasi, listrik, dan gas. Namun, lanjut Isyanto, berdasarkan pengalaman memang komitmen PT PGN dalam melayani konsumen patut diapresiasi.

"PGN ini kalau pelanggannya ada keluhan malah didatangin, petugasnya ke sini turut membantu. Pelayanannya tidak semena-mena, tak seperti perusahaan BUMN lain. Padahal sebagai pemain tunggal di bidang gas, bisa saja mereka main putus kalau ada masalah atau telat sedikit bayarnya, tapi kami malah mendapatkan layanan baik, seperti kalau ada gangguan saluran gas," ucap Isyanto.

Dia tidak memungkiri, memang ada kerepotan pada awalnya ketika memulai pemasangan jaringan pipa di RS Husada Utama. Semua alat, khususnya kompor itu harus dimodifikasi ulang. Hal itu lantaran tekanan dan partikel gas pencetus api berbeda antara gas bumi dan LPG. Namun, kata dia, untuk jangka panjang, keberadaan layanan gas bumi jelas sangat membantu instansinya yang tak boleh bermain-main dalam memberikan jasa di bidang kesehatan.

Hal itu lantaran penyediaan ratusan pasien yang dirawat harus tepat waktu. Apabila memakai bahan bakar lain dan stoknya habis, nama baik institusinya bisa menjadi pertaruhan. Beruntung, lanjut dia, PT PGN selama ini tidak pernah merepotkan pelanggannya dan malahan sering mengirimkan petugasnya untuk memeriksa instalasi pipa di RS Husada Utama, agar tak ada gangguan penyaluran gas bumi.  

"Kitchen ini diseting disesuaikan alat pipanya dan memang tidak ada gangguan pasokan gasnya. Memasak juga tidak mengeluarkan asap. Tidak ada keluhanlah, meski tarifnya lebih murah daripada pakai solar atau LPG. Pokoknya kita terbantu dengan pasokan gas yang tak pernah tersendat," ujarnya.

Isyanto menegaskan, dengan lancarnya pasokan gas bumi untuk RS Husada Utama, dampaknya servis kepada pasien tidak terganggu. Dia tidak membayangkan kalau aliran dari PT PGN mengalami hambatan, pasti petugas medis bakal kerepotan dalam memberikan layanan terbaik kepada pasien. Padahal, RS yang menjual jasa itu memiliki citra baik di mata masyarakat kalau dalam melayani pasien bisa maksimal. "Itu semua salah satunya terbantu pasokan gas yang selalu lancar, tak pernah bermasalah."

Corporate Relations PT PGN Surabaya, Irfan Kurniawan mengatakan, perusahaannya memang tidak hanya melayani konsumen rumah tangga, usaha mikro kecil dan menengah (UMKM), dan perusahaan, melainkan juga RS swasta dan pemerintah. Irfan menyebut, RS Husada Utama termasuk yang sudah cukup lama berlangganan gas bumi. Karena sudah memasuki hitungan melebihi 10 tahun, tentunya ia merasa perlu untuk terus menjaga kepercayaan pelanggan itu. Pasalnya, dengan tiadanya komplain dari pihak RS, hal itu menunjukkan layanan pasokan gas bumi selama ini tidak bermasalah.

Dia melanjutkan, di Surabaya ada lima RS yang memanfaatkan layanan gas bumi, yaitu RS Husada Utama, RS dr Soetomo, RS Darmo, RS Katolik St Vincentius Paulo, dan RS William Booth. Di antara RS itu, RS dr Soetomo menjadi pelanggan gas paling banyak karena memang menyandang sebagai RS terbesar di Jawa Timur dengan jumlah pasien ribuan setiap harinya.

Sehingga, pihak RS dr Soetomo membutuhkan konsumsi gas bumi sangat besar untuk digunakan mengoperasikan boiler dan kompor untuk alat masak, dan keperluan lainnya. "Selain lebih murah, dengan adanya gas bumi tidak memerlukan lagi tempat penyimpanan tabung. Penyaluran gas juga berkelanjutan tanpa perlu khawatir gasnya kehabisan. Satu hal yang terutama, lebih aman menjadi pelanggan PGN," ujarnya.

Menurut Irfan, PT PGN sebenarnya tidak menargetkan sebuah RS harus memakai gas bumi. Namun, kalau memang ada RS yang ingin dilayani, PT PGN selalu siap menyediakan gas bumi. Dengan catatan, lokasi RS termasuk di area yang memiliki jaringan pipa gas bumi terpasang. Meski begitu, kata dia, secara total penggunaan gas bumi di RS masih sedikit dibandingkan dengan potensi gas yang dapat dilayani PT PGN.

Dia mengatakan, rata-rata RS memanfaatkan gas bumi untuk pelaratan boiler, kompor, alat laundri, mesin pemanas air, hingga incenerator untuk membakar sampah medis. "Memang masih sedikit, karena lokasi (RS lain) tidak selalu ada dalam jaringan pipa PGN. Secara pemakaian masih kecil, untuk lima RS tersebut pemakaiannya 0,1 mmscfd (million standard cubic meters per day," katanya.

Irfan mengatakan, bukan tidak mungkin pelanggan gas bumi dari RS bertambah di kemudian hari. Untuk itu, ia menerangkan, kalau ada yang ingin berlangganan mekanismenya sama dengan pelanggan jasa komersial lainnya. "Yaitu mengajukan permohonan berlangganan gas. Setelah itu, PGN survei apakah dilewati jaringan, pemakaiannya berapa. Bila hasil surveinya layak, bisa jadi pelanggan," tutur Irfan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement