REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pernyataan Kapolda Metro Jaya Irjen M Iriawan terkait aksi bela Alquran di depan Istana Negara pada Jumat (4/11), dinilai tidak bijak. Sikap Kapolda Metro yang mengumbar kebijakan represif dilihat tidak tepat. "Kapolda jangan arogan," kata anggota Komisi III DPR, Ahmad Sahroni, Sabtu (29/10).
Menurut dia, hendaknya Kapolda lebih mengedepankan langkah pendekatan persuasif dan humanis agar aksi tersebut tak berujung anarkistis. Harusnya, kata dia, Kapolda Metro membuat rasa nyaman dan aman. "Meyakinkan semua masyarakat bahwa demonstrasi bagian dari aspirasi, bukan mengeluarkan statement tembak di tempat, apalagi menantang para anak buahnya yang tak berani tembak di tempat di suruh pakai rok. Apa hubungannya rok perempuan dengan demo," ujar Sahroni.
Menurut Sahroni, demonstrasi adalah hal yang wajar terlebih di alam demokrasi. Toh, para pengunjuk rasa tersebut bukanlah teroris. "Teroris saja kalau bisa jangan dimatiin," kata Sahroni.
Politikus dari Partai Nasdem tersebut meyakini aksi bela Alquran yang akan dilakukan umat Muslim akan berlangsung aman dan damai. Pasalnya, saat ini masyarakat sudah cerdas dan tidak akan menggunakan cara anarkistis untuk menyampaikan aspirasinya. Masyarakat sadar, apabila mereka menggunakan cara anarkistis, maka akan merugikan semua pihak.
Seperti diberitakan sebelumnya, Kapolda Metro memerintahkan anggotanya jangan takut melakukan tembak di tempat apabila aksi berujung anarkistis. "Siapa saja yang bikin onar, polisi harus berani tembak dari pantat ke bawah," kata Iriawan di depan para tim sukses (timses) para pasangan calon Gubernur DKI di Mapolda Metro Jaya, Kamis (27/10).