Jumat 28 Oct 2016 18:33 WIB

JK: Makna Sumpah Pemuda Harus Dijaga

Rep: Dessy Suciati Saputri/ Red: Nur Aini
Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla
Foto: MGROL75
Wakil Presiden Republik Indonesia Jusuf Kalla

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) mengatakan makna hari Sumpah Pemuda yang jatuh pada 28 Oktober 2016 harus dijaga. Menurut dia, hari Sumpah Pemuda harus dimaknai dengan persatuan dan upaya memajukan negara.

"Maka pemuda-pemuda dalam 88 tahun mungkin inti kita persatuan, tapi inti kita sekarang kemajuan. Jadi jangan pemuda itu hanya berpikir tetap seperti itu. Berpikirnya untuk maju dengan persatuan," kata JK di kantor Wakil Presiden, Jakarta, Jumat (28/10).

Hari Sumpah Pemuda ini, kata JK, memberikan makna yang berbeda dari negara lain. Salah satunya yakni makna persatuan yang dapat dilihat dari Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional.

"Salah satu contohnya yang selalu kita laksanakan kita Bahasa Indonesia, yang pada waktu itu hanya digunakan 10-15 persen jumlah penduduk di Indonesia waktu itu. Berbeda dengan India atau di mana, itu bahasa nasionalnya banyak. Karena sulit disatukan. Di Singapura berapa bahasa resmi? Ada tiga bahasa resmi," kata dia.

Peringatan 88 tahun Sumpah Pemuda pada 28 Oktober ini juga akan diselenggarakan di Istana Kepresidenan. Istana akan menggelar pagelaran seni dan budaya bertajuk Nusantara Berdendang. Dalam keterangan resminya, Kepala Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden RI Bey Machmudin menyebutkan acara ini akan dilaksanakan tepat pada Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober 2016 pukul 19.00 WIB di halaman Istana Merdeka Jakarta. Acara ini melibatkan ratusan pengisi acara yang mencerminkan keragaman budaya, wilayah, dan tradisi yang terangkum dalam semangat Bhineka Tunggal Ika.

Dalam acara tersebut akan dibacakan naskah Sumpah Pemuda oleh peraih medali emas cabang bulu tangkis Olimpiade Rio 2016, Tontowi Ahmad dan Liliyana Natsir. Presiden RI Joko Widodo juga akan menyampaikan pernyataan tentang komitmen berbangsa yang berbudaya (Pernyataan Budaya). Pergelaran ini terbuka bagi masyarakat yang ingin menyaksikannya dan tidak dipungut biaya sebagaimana komitmen Istana yang ingin dekat dengan rakyat.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement